
Giliran Teknologi Modifikasi Cuaca yang Diciptakan China, Meruncingkan Konflik dengan India
China kembali membuat teknologi modifikasi cuaca. Ini berpotensi membuat konflik China-India di perbatasan semakin meruncing.
BEIJING, BUKAMATA - Matahari buatan sudah diciptakan China. Kini, negara komunis itu tengah menciptakan program modifikasi cuaca. Cakupan wilayahnya 5,5 juta kilometer persegi.

Disitat dari CNN, Sabtu (2/1/2021), Dewan Negara mengatakan, China akan memiliki sistem modifikasi cuaca berkembang pada 2025 nanti. Ini bisa dicapai berkat terobosan dalam penelitian fundamental dan teknologi utama, serta peningkatan dalam pencegahan komprehensif terhadap risiko keselamatan.
Dewan Negara menargetkan, dalam lima tahun ke depan, 5,5 juta kilometer persegi, dari luas ini nanti lebih dari 580.000 kilometer persegi akan akan dicakup oleh teknologi pencegah hujan es.
Pernyataan ini memperkuat, bahwa program tersebut akan dilengkapi dengan bantuan bencana, produksi pertanian, tanggap darurat terhadap kebakaran hutan dan padang rumput, dan menangani suhu tinggi atau kekeringan yang tidak biasa.
Selama ini, China telah berupaya mengendalikan untuk melindungi area pertanian dan memastikan langit cerah untuk acara-acara penting. Seperti menebarkan awan menjelang Olimpiade Beijing 2008 untuk mengurangi kabut asap dan menghindari hujan menjelang kompetisi.
Atau pada pertemuan politik utama yang diadakan di ibu kota China terkenal, karena menikmati langit cerah yang indah, berkat modifikasi cuaca dan penutupan pabrik di dekatnya.
Sebagai sebuah konsep, cloud seeding telah ada selama beberapa dekade. Cara kerjanya dengan menyuntikkan sejumlah kecil perak iodida ke awan dengan banyak kelembapan, yang kemudian mengembun di sekitar partikel baru, menjadi lebih berat dan akhirnya jatuh sebagai pengendapan.
Sebuah penelitian US National Science Foundation, yang diterbitkan awal tahun ini menemukan, penyemaian awan dapat meningkatkan hujan salju di area yang luas jika kondisi atmosfer mendukung.
Studi ini adalah salah satu yang pertama untuk memastikan bahwa penyemaian awan berhasil, karena sebelumnya sulit untuk membedakan curah hujan yang dibuat sebagai hasil praktik dari hujan salju normal.
Ketidakpastian itu, tidak menghentikan China berinvestasi besar-besaran dalam teknologi ini. Selama periode 2012-2017, China telah menghabiskan dana lebih dari USD1,34 miliar atau setara Rp18,76 triliun, untuk berbagai program modifikasi cuaca.
Tahun lalu, menurut kantor berita Xinhua, modifikasi cuaca membantu mengurangi 70% kerusakan hujan es di wilayah barat China, Xinjiang, sebuah daerah pertanian utama.
Namun, sistem modifikasi cuaca ini berpotensi memperuncing sengketa China dan India. Warga India di perbatasan, khawatir pertaniannya sangat bergantung pada musim hujan akan terganggu. Pasalnya, sistem modifikasi cuaca China malah mengganggu musim, menyebabkan cuaca kurang dapat diprediksi sebagai akibat perubahan iklim.
Selama ini, kedua negara berhadap-hadapan di sepanjang perbatasan bersama di Himalaya yang masih bersengketa. Keduanya terlibat dalam bentrokan paling berdarah mereka dalam beberapa dekade.
"Tanpa regulasi, upaya satu negara dapat memengaruhi negara lain," kata Dhanasree Jayaram, pakar iklim di Manipal Academy of Higher Education di Karnataka, India.
"Sementara China belum menunjukkan tanda-tanda 'secara sepihak' menggelar proyek geoengineering di lapangan, skala modifikasi cuaca dan proyek teknik besar lainnya, termasuk proyek bendungan besar (seperti Three Gorges), menunjukkan bahwa China bersedia untuk menyebarkan skema geoengineering skala besar untuk mengatasi dampak perubahan iklim dan mencapai targetnya di Paris," terangnya.
News Feed
Kominfo Makassar Tingkatkan Kapasitas OPD Lewat Bimtek Arsitektur SPBE
23 Oktober 2025 19:40
Kurang dari 24 Jam, Polisi Berhasil Tangkap Pelaku Curanmor di Bontocani Bone
23 Oktober 2025 17:54
13.224 PPPK Kemenag Dilantik, Termuda Usia 20 Tahunan
23 Oktober 2025 17:47