
Pemilu AS, Politisi Gelora Indonesia: Biden Lebih Mudah Berunding dengan China
Pengumuman hasil Pilpres AS tinggal menunggu Nevada dan Pennsylvania. Sejauh ini, bayangan kemenangan sudah ada di kubu Biden. Bagaimana politik luar negeri mereka? Begini ulasan Ketua Bidang HI DPN Partai Gelora Indonesia, Henwira Halim.
JAKARTA, BUKAMATA - Joe Biden menyalip Donald Trump di Michigan. Dengan asumsi mayoritas sisa suara Michigan dari mail-in ballots diperuntukan kepada Biden dan Biden tidak tersusul di Nevada dan Wisconsin, maka Biden akan berhasil mencapai 270 electoral votes untuk memenangkan Pilpres Amerika Serikat.

Namun demikian, pengumuman resmi pemenang baru akan dilaksanakan dalam beberapa hari ke depan. Dan angka resmi masih berpotensi memiliki selisih yang signifikan dari pada angka proyeksi oleh media.
Update Kamis, (5/11/2020), Biden cukup mengunci kemenangan di Nevada untuk meraih 270 electoral vote dan memenangkan pilpres. Namun, Biden juga masih berpeluang untuk menyalip perolehan Trump di Pennsylvania. Penghitungan suara di Nevada diperkirakan selesai pada Kamis malam waktu setempat (Jumat pagi waktu Indonesia), sedangkan untuk Pennsylvania diperkirakan selesai pada Minggu malam waktu setempat (Senin pagi waktu Indonesia), dikarenakan keduanya memiliki aturan yang lebih ketat untuk akurasi tabulasi surat suara by mail.
Pertanyaan bagi publik adalah, bagaimana dampak dan skenario terhadap politik dan ekonomi Indonesia?
"Secara langsung tampaknya tidak akan banyak perbedaan soal politik ekonomi AS dan RI dibanding saat ini," jelas Henwira Halim, Ketua Bidang HI DPN Partai Gelora Indonesia.
Namun yang mungkin akan tampak pengaruhnya kata Henwira adalah, jika Biden mengakhiri perang dagang AS-RRC sesuai janji kampanyenya.
Lalu bagaimana pengaruhnya dari bidang pertahanan?
"Sedangkan dari sisi pertahanan, baik Biden maupun Trump tidak akan banyak mengubah kebijakan dan langkah-langkah yg telah diambil saat ini demi mengimbangi meningkatnya kekuatan militer RRC," tambah Henwira.
Pada sisi lain, bagaimana Hubungan AS dengan RRC, UE dan Rusia? Buat RRC, Biden kata Henwira, tampaknya lebih mudah diajak berunding soal ekonomi.
Sementara lanjut Henwira, Trump lebih berpotensi melemahkan RRC meski risiko konflik akan jadi lebih besar. RRC juga paham bahwa standoff militer dengan AS tidak akan banyak bergeser. Siapa pun yang menang sehingga posturing mereka tidak akan banyak berubah.
"Soal demokrasi dan HAM, juga terbukti AS di bawah Trump, juga sama kerasnya terhadap RRC dalam kasus Hong Kong dan Uighur. Jika Biden yang menang, tampaknya tidak banyak perubahan juga soal itu," beber Henwira.
UE lanjut dia, tentu berharap Biden yang menang. Meski UE sekarang sudah mulai belajar, bahwa mereka harus mulai melepas ketergantungan pada AS.
Sedangkan Rusia, tentu maunya Trump. Karena semua kebijakan luar negeri Trump sejauh ini menguntungkan Rusia.
"Untuk Palestina juga kemungkinan tidak banyak perubahan, karena Biden dan Harris tidak sekeras Obama terhadap Israel," jelas Henwira.
Obama sebenarnya lanjut Henwira, hanya dihalangi Kongres AS untuk mengambil langkah keras terhadap Israel.
Lanjut menurut pandangan Henwira Halim, Biden jauh lebih akrab dengan lobi Israel di kongress ketimbang Obama. Namun, Biden secara pribadi juga tidak menyukai Netanyahu.
"Komposisi Kongress seusai pemilu kali ini, juga belum menunjukan ada cukup banyak anggota baru yang progresif untuk bersikap lebih tegas terhadap Israel," tutupnya.
News Feed
Kominfo Makassar Tingkatkan Kapasitas OPD Lewat Bimtek Arsitektur SPBE
23 Oktober 2025 19:40
Kurang dari 24 Jam, Polisi Berhasil Tangkap Pelaku Curanmor di Bontocani Bone
23 Oktober 2025 17:54
13.224 PPPK Kemenag Dilantik, Termuda Usia 20 Tahunan
23 Oktober 2025 17:47