MAKASSAR - Dengan suasana belajar yang bahagia, inovatif dan berdedikasi, adalah cara Jurusan Geografi Universitas Negeri Makassar menerapkan program merdeka belajar di kampus merdeka (MBKM).
Tidak jauh dari lokasi Pabrik Gula Takalar, salah satu unit usaha milik PT Perkebunan Nusantara XIV yang berlokasi di Desa Pa’rapunganta, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, Sabtu (12/9/2020).
Sebanyak 20 dosen, dan puluhan mahasiswa jurusan Geografi UNM melakukan proses belajar mengajar diluar kampus, apalagi ditengah pandemi Covid-19.
Baca Juga :
Mereka ini berdiskusi lebih dekat dengan dosen (outing class), dan tidak hanya mendengarkan penjelasan dosen yang selama ini dilakukan dalam ruang kelas belajar di kampus.
"Mengusung program digitalisasi data Desa menuju Desa cerdas, adalah menjadi tahap awal rangkaian kegiatan MBKM," kata Uca, Ketua Jurusan Geografi UNM, Sabtu (12/9/2020).
Uca menuturkan, di era disrupsi, dan krisis pandemi covid-19 dalam berbagai sektor, semua aspek butuh remodeling. Dan merdeka belajar bagi pendidikan vokasi menjadi tantangan dunia pendidikan dalam merancang metode pembelajaran tepat.
Menurut dia, tidak hanya mahasiswa saja yang didorong untuk turun ke lapangan mendapatkan pengalaman untuk membantu masyarakat, tetapi juga dosen mencari pengalaman di luar kampus.
"Kegiatan yang diawali dengan seminar ini untuk menjaring informasi data terkait kebijakan, dan best practices yang dapat disinergikan antara dunia pendidikan di perguruan tinggi dan pembangunan desa.
Mahasiswa hadir menjadi penggerak perubahan dan kesempatan membantu pemerintahan Desa dan warga sebagai pejuang digitalisasi data menuju desa cerdas," katanya.
Sementara itu, Direktur Program Pengembangan Profesi Guru (P3G) Universitas Negeri Makassar, Prof Ramli Umar menyatakan, kebijakan merdeka belajar dan kampus merdeka, tentunya sudah selaras dengan tujuan pendidikan nasional sesuai amanah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Mahasiswa yang juga calon guru harus punya motivasi dan energi untuk melakukan berbagai macam bantuan yang dibutuhkan warga desa. Karena tidak ada perubahan, dan inovasi tanpa mengambil risiko.
"Sebab apa jadinya jika sebuah wilayah, tanahnya subur ada industri. Tapi kualitas pendidikan warga, dan data base pemerintahan desa-nya masih manual, belum digital. Makanya para calon guru ini hadir mengimplementasikan kebijakan kampus merdeka yang membutuhkan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak mulai dari civitas akademika, kementerian, pemda hingga dunia industri," kata Prof Ramli.
Ia mengharapkan mahasiswa Geografi UNM juga membantu bisnis kecil, dan mikro di desa untuk menuju era industri 4.0 dalam situasi seperti saat ini.
Olehnya itu diharapkan nanti mahasiswa dalam program merdeka belajar ini bukan hanya belajar diluar kelas.
Namun mahasiswa juga bisa mendapatkan pekerjaan dan menciptakan lapangan kerja dari kampus merdeka lewat kerangka pengembangan pendidikan dan pembelajaran geografi yang berakar pada nilai-nilai budaya lokal dan nasional yang berkarakter.
"Cerdas itu tak hanya intelektual, tapi butuh kerja cerdas juga agar tidak kelaparan. Karena esensi merdeka belajar di kampus merdeka saat ini sudah selaras dengan tujuan sisdiknas yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab," jelas Prof Ramli.
Sementara tantangan yang akan dihadapi pemerintah menuju Era Emas Indonesia 2045, menurut Prof Ramli, hanya bisa dicapai dengan dukungan 4 pilar yakni pembangunan SDM dan penguasaan Iptek, pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, serta ketahanan nasional dan tata kelola pemerintah.
"Olehnya kita berharap program kampus merdeka, dapat membuat perubahan signifikan, terhadap para lulusan perguruan tinggi untuk menyongsong 2045," Ramli memungkasi.