Redaksi : Selasa, 01 September 2020 09:50
Para kerabat Anjas saat menantikan kedatangan jenazah korban penembakan itu dari RS Bhayangkara Polda Sulsel.

MAKASSAR, BUKAMATA - Propam Polda Sulsel terus mendalami kasus tembakan peringatan yang menewaskan satu warga di Ujung Tanah. Tercatat sudah ada 16 oknum polisi yang diperiksa di Propam Polda Sulsel. Sebelas di antaranya sudah ditahan.

Demikian diungkap Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Ibrahim Tompo. Kombes menegaskan, pihaknya akan mengungkap kasus tersebut secara terbuka dan mencari oknum polisi yang terbukti melakukan penembakan.

Senjata api yang digunakan anggota polisi yang diperiksa, juga telah disita. Polisi telah melakukan pemeriksaan balistik. Juga uji teknis senjata.

Menurut Kombes Ibrahim, itu untuk mengungkap fakta-fakta siapa yang bertanggung jawab dalam penembakan itu. Kombes Ibrahim bilang, setiap prosedur penembakan harus jelas dari senjata mana penembakan dilakukan. Juga siapa polisi yang mempunyai senjata tersebut. Kini pemilik senjata api dan hasil autopsi korban sedang didalami Propam untuk dicocokkan.

Penembakan pada Minggu, 30 Agustus 2020 dini hari, menewaskan satu orang warga, Anjas (23). Juga melukai Ammar (18) dan Iqbal (22). Jenazah Anjas sudah dikebumikan di Maros.

Kapolres Pelabuhan Makassar AKBP Muhammad Kadarislam memastikan, pelaku penembakan akan diusut tuntas. Dia juga berjanji akan menginfokan perkembangan kasus penembakan kepada keluarga korban meninggal dan korban yang mengalami luka tembak. Saat ini kata dia, sudah ada 11 anggotanya yang sudah ditahan di Polda Sulsel.

AKBP Kadarislam sendiri, aktif mendampingi korban saat dirawat di RS Bhayangkara Polda Sulsel. Juga aktif menjalin komunikasi dengan keluarga para korban.

AKBP Kadarislam membeber kronologi insiden penembakan ini. Bermula saat salah satu polisi, Bripka UF, menyamar dengan berpakaian preman dan mendatangi permukiman warga di wilayah Kecamatan Ujung Tanah pada Minggu (30/8/2020) dini hari tadi, untuk menyelidiki kasus pengeroyokan.

Saat tiba di lokasi dengan sepeda motor, Bripka UF diteriaki "maling" oleh sekelompok warga. Orang-orang pun bermunculan dan hendak menghakimi Bripka UF. Di saat bersamaan, datang polisi yang tengah berpatroli dan menyelamatkan Bripka UF.

Saat situasi sudah tenang, Bripka UF kembali ke permukiman untuk mengambil sepeda motornya. Namun warga kembali datang dan hendak menyerang Bripka UF.

Banyak warga kembali menyerang. Bripka UF dituduh pencuri. Karena Bripka UF kembali terdesak, polisi kemudian mengeluarkan tembakan peringatan, dan beberapa saat setelahnya dikabarkan 3 warga terkena tembakan.

"Yang 2 ketembak di kaki, satunya di pelipisnya, di kepalanya. Masing-masing 1 kali," imbuhnya.

Ketua RW 03 Nuraini (51) yang juga kerabat Anjas memaparkan, saat itu dirinya dibangunkan oleh anaknya karena ada suara tembakan. Setelah keluar rumah dan mengecek ke warga, ternyata ada tiga orang yang sudah terluka.

"Kami bawa ke RS Jala Ammari TNI AL tapi di sana ditolak dengan alasan tidak ada yang bisa operasi. Jadi dibantu anggota Bhabinkantibmas, kami bawa korban ke RS Bhayangkara. Sampai di RS Bhayangkara, katanya tidak melayani KIS, saya juga bingung. Akhirnya ada polisi tawari uang Rp2 juta, katanya untuk biaya pengobatan," tutur Nuraini.

Dia menyebut tidak ada tawuran atau bentrokan pada Minggu dini hari. Tiba-tiba saja pemuda yang duduk-duduk di lorong malam mingguan terluka, diduga terkena tembakan.