Redaksi : Senin, 20 Juli 2020 10:33
Tangkapan layar Kepala Kesbangpol Kota Makassar, Jamaing saat berdebat dengan tim Gugus Tugas Covid-19 di Rappocini, Makassar.

MAKASSAR, BUKAMATA - Sebuah video beredar luas di media sosial. Seorang pria berbaju merah berdebat dengan tim gugus tugas Covid-19, di bawah sebuah tenda bertuliskan "Kec. Rappocini".

Pria berbaju merah itu adalah Jamaing. Dia Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Makassar. Dia tak terima ditahan. Dia juga tak mau tanda tangan.

"Saya kan belum lewat," elaknya saat disodori kertas untuk tanda tangan oleh petugas Satpol PP.

"Koperatif maki pak," suara pria yang merekam kejadian itu.

Jamaing terus berkilah. Dia belum lewat ketika diberhentikan.

Tiba-tiba, seorang pria berseraga PM mendekat. "Kenapa bapak marah-marah. Ini Perwali 36 pak. Saya capek di sini. Kalau begitu hargai kami. Jangan buat masalah pak," ujarnya dengan nada tinggi.

Jamaing kemudian kembali memberikan argumentasi, "Saya belum lewat pak. Saya mau mutar balik."

"Bapak tidak pakai begini (tunjuk masker) baru lewat. Itu pelanggaran pak. Saya itu tahu aturan," ujar pria berseragam PM. Kembali dengan nada tinggi.

"Saya kan belum lewat pak," ujar Jamaing lagi.

"Semua itu diberhentikan pak. Yang lain saja diberhentikan," tegas pria berseragam PM lagi.

Kemudian seorang berseragam polisi meraih pundak Jamaing, lalu menyuruhnya duduk.

"Kan saya lupa tadi. Saya belum lewat. Saya bilang saya mutar," ujar Jamaing lagi.

Terdengar suara wanita, "Datami dulu pak".

Pria berpakaian polisi itu lalu meminta Jamaing tanda tangan.

Kembali Jamaing berkilah, "Kan tadi saya belum lewat pak. Saya memutar pak. Tidak lewatka aduh."

Seorang pria berseragam Polantas, lalu meminta Jamaing duduk.

Jamaing masih menolak bertanda tangan. Dia terus memberikan argumentasi.

"Saya orang sini pak. Rumahku dekat," ujarnya.

"Sama semua di sini pak. Mau rakyat biasa, mau pejabat (semua diberhentikan kalau tidak pakai masker)," ujar seorang petugas Satpol PP.

Jamaing masih terus dengan argumennya, bahwa dia belum lewat saat hendak memutar.

Petugas berseragam PM kembali mendekati Jamaing. "Siapa bilang bapak belum lewat. Saya berhentikan di sini pak," ujarnya sambil menunjuk dekat tenda.

"Koperatif saja pak," kata pria yang merekam.

"Tanda tangan saja pak, nanti kita foto," ujar pria berseragam polisi.

"Sudah tadi difoto. Saya kan tidak lewat," ujar Jamaing lagi.

PM kembali mendekati Jamaing, "Lucu kita berdebat di lapangan."

Jamaing berbalik sambil mengatupkan kedua belah telapak tangannya, "Saya tidak berdebat pak."

"Saya di sini cuma menertibkan perwali 36," tambah pria berseragam PM.

"Ibu-ibu ada kunci mobilnya. Kasi mminggir dulu mobilnya," ujar pria yang merekam.

Sementara itu, Jamaing dan PM masih berdebat. Jamaing terus mengeluarkan argumen dan belum mengakui kesalahan. Tiba-tiba PM kembali bernada tegas, "Atau gantian, bagaimana kalau bapak di posisi kami," tegasnya.

"Harusnya bapak mengerti aturan. Kalau begitu, untuk apa saya berdiri di sini," ujar petugas PM lagi.

"Bapak pejabat tinggi loh pak, kami ini bawahan," ujar petugas PM lagi sambil menunjuk pangkatnya.

"Cocokmi, saya kan tadi belum lewat," ungkap Jamaing lagi.

Tiba-tiba wanita berhijab hitam bermotif merah, ikut menimpali. "Masalahnya tadi pak, tidak adaji niat mau melanggar," ujarnya.

PM kembali berkata dengan nada sedikit tinggi, "Justru kita tahu aturan, kenapa tidak bawa masker."

"Kalau begini lebih baik bubar saja," ujar petugas PM sambil membuka helmnya.

Jamaing kembali berdiri. "Jangan emosi pak."

"Saya tinggal dekat sini ji. Saya mau pulang ambil masker. Saya putar balek," ujar Jamaing.

"Bapak itu sakit, mau pergi berobat," ujar wanita berhijab yang diduga istri Jamaing.

"Justru yang sakit itu bu harus pakai masker," ujar pria yang merekam.

"Tadi pagi saya yang cuci maskernya, lupaka kasi naik di mobil. Makanya kita mau putar mobil," ujar wanita itu.

"Kalau itu alasannya bu khilaf. Makanya pas mau didata tadi ibu mau balik," ujar perekam.

"Makanya tadi kan disuruh minggir dulu bu," ujar perekam lagi.