Redaksi
Redaksi

Kamis, 09 Juli 2020 11:46

Suasana Kumamato, Jepang yang dilanda banjir dan longsor. (AFP/CHARLY TRIBALLEAU)
Suasana Kumamato, Jepang yang dilanda banjir dan longsor. (AFP/CHARLY TRIBALLEAU)

Penampakan Jepang Diporakporandakan Banjir dan Longsor

Selain dihantam Covid-19, Jepang juga diporakporandakan banjir dan tanah longsor.

TOKYO, BUKAMATA - Kamis, 9 Juli 2020. Lebih dari 3.000 rumah tangga terisolasi oleh banjir dan ruas jalanan yang rusak akibat tanah longsor. Data itu dibeber Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Jepang, seperti dilansir AFP.

Saat ini, petugas layanan darurat dan tentara Jepang terus bergerak untuk mencapai rumah-rumah yang terisolasi. Rumah-rumah itu sebagian besar berada di wilayah Kumamoto yang terdampak banjir dan longsor paling parah. Hujan deras diperkirakan masih akan mengguyur kawasan tersebut.

Hujan deras yang mengguyur di wilayah itu sejak Sabtu (4/7/2020) pagi hingga saat ini, telah memicu kehancuran di sejumlah wilayah dan membuat sungai-sungai meluap.

Badan Meteorologi Jepang (JMA) menyatakan, hujan deras kemungkinan akan berlanjut hingga setidaknya 12 Juli di area yang luas. JMA menyerukan 'kewaspadaan ekstrem' terhadap risiko tanah longsor dan banjir di dataran rendah.

JMA merilis perintah evakuasi tertinggi kedua untuk lebih dari 450 ribu orang. Namun perintah evakuasi semacam itu tidak wajib dan sebagian besar warga biasanya memilih tidak mengungsi ke kamp-kamp penampungan, mungkin karena takut tertular virus Corona (COVID-19).

Seorang pejabat di Kumamoto menyebut, 55 orang dipastikan tewas di wilayah tersebut. Empat orang lainnya dikhawatirkan tewas karena keberadaannya belum diketahui. Dua kematian lainnya dikonfirmasi di Pulau Kyushu, Jepang bagian barat daya.

Lebih dari satu lusin orang dilaporkan hilang akibat bencana ini. Setelah lima hari terhambat oleh genangan banjir dan tanah longsor, tentara Jepang berhasil menyelamatkan 40 warga desa Ashikita di Kumamoto.

"Sungguh menakutkan. Rumah saya kacau, saya tidak bisa tinggal di sana lagi," ucap Kinuyo Nakamura (68) setelah berhasil dievakuasi ke kamp pengungsian.

"Kami beberapa kali mengalami bencana banjir sebelumnya. Tapi yang ini tidak bisa dibandingkan. Bukannya takut, saya lebih fokus untuk menyelamatkan diri," imbuhnya.

Di banyak area, tanah longsor menghancurkan rumah-rumah warga hingga menjadi puing. Banjir juga menerjang rumah-rumah di kawasan dataran rendah, menghancurkan isinya dan membuatnya tidak bisa dihuni kembali. Otoritas Jepang mengerahkan sedikitnya 80 ribu petugas penyelamat, dengan dibantu 10 ribu personel militer, untuk melakukan upaya pencarian dan penyelamatan korban.

#Jepang #Banjir #Bencana alam