MERAUKE, BUKAMATA - Merauke Sahabat Donor (MSD) dan Relawan Darah Merauke (RDM), dua NGO yang bergerak dalam misi sosial kemanusiaan donor darah massal di kabupaten merauke beberapa tahun terakhir, menyesalkan adanya kisruh di tubuh PMI Merauke, yang memicu mogoknya 10 tenaga PMI.
Kedua komunitas pendonor itu berharap, kisruh itu dapat segera diselesaikan dengan baik, karena memicu kekhawatiran kalangan pendonor.
Kedua NGO ini mendapat dukungan baik dari semua pihak, tak terkecuali dari pihak PMI. Sebab dengan hadirnya NGO ini akan mudah untuk mengkoordinir dan menjangkau luas di masyarakat jika terdapat kebutuhan darah secara mendadak dari keluarga pasien.
Baca Juga :
Alfian S Dewantara selaku koordinator dari MSD dan Siti Musdalifah dari RDM, turut berpendapat perihal surat yang dikeluarkan pihak PMI per tanggal 19 Mei 2020, yang menerangkan perihal mogoknya 10 tenaga PMI Merauke, yang berujung pada keputusan PMI bahwa mereka tidak diperkenankan lagi untuk melakukan pelayanan di UTD PMI, sampai ada keputusan pengurus PMI Kabupaten Merauke.
"Kejadian yang mengejutkan, menghawatirkan dan juga menyedihkan. Sebab untuk mencari dan mengajak pendonor sedari dulu sudah sulit di masa pandemi, dan kini muncul polemik seperti ini, jelas membuat semua semakin sulit," ungkap Alfian.
Kata Alfian, jika mendengar penjelasan ketua UTD PMI, seharusnya di atas kertas tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Rekrutan baru sudah punya disiplin ilmu sesuai bidangnya. Namun setelah ada beberapa testimoni pendonor aktif, yang harus ditusuk beberapa kali untuk bisa mendonor membuat mereka berpikir dua kali untuk "berjudi" pada minimnya jam terbang petugas baru.
"Untuk mengajak pendonor pemula agar bisa akrab dengan aksi kemanusiaan ini, mungkin kita lupakan dulu, sebagian besar awalnya takut jarum dan saya rasa mereka tidak akan mau menyerahkan lengannya pada petugas yang mereka tahu baru saja bertugas," ungkapnya.
"Mungkin butuh minimal 4-6 bulan lagi untuk memastikan pengalaman mereka cukup barulah akan kami ajak para pendonor pemula," tambahnya.
Sementara, Koordinator RDM Siti Musdalifah mengatakan, ini seperti suprise dari PMI. "Bukan hanya saya secara pribadi tetapi seluruh masyarakat Merauke, sangat terkejut atas kejadian tersebut yang membuat masyarakat terus bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi? Sangat disayangkan sebab sebelumnya sudah sulit mengajak masyarakat berpartisipasi dalam donor darah dan kini semakin sulit mencari relawan donor darah akibat kejadian ini," ungkapnya.
Musdalifah menambahkan, munculnya berbagai pertanyaan dari masyarakat yang tak kunjung terjawab, membuat masyarakat dihantui rasa takut dan ragu untuk mendonor terlebih untuk pendonor pemula. Ditambah harus beradaptasi dengan pelayanan tenaga PMI yang baru.
"Berbeda dengan sebelumnya yang kebanyakan sudah saling mengenal dan sudah berpengalaman, ditambah lagi pelayanan tenaga PMI yang baru yang katanya telah berpengalaman sesuai keilmuan medis masih dipertanyakan masyarakat karena baru-baru ini pendonor mengalami pengulangan penusukan jarum beberapa kali, hal tersebut dapat menyebabkan keresahan tersendiri bagi pendonor dan bagi calon pendonor. Bisa jadi relawan malah mendonorkan nyawanya bukan darahnya," ungkap Ifa.
Ifa menambahkan, jika tidak ada tindakan penyelesaian terkait masalah ini tidak menutup kemungkinan dampaknya akan besar kepada minat masyarakat untuk mendonor.
Saat dikonfirmasi jurnalis Bukamatanews, keduanya memberikan saran kepada PMI agar dengan cepat menyelesaikan polemik ini hingga akar permasalahannya, serta mengaktifkan kembali petugas yang sudah berpengalaman walaupun mungkin tidak semua dari 10 orang yang mogok.
"Jadi opsi terbaik dan efektif saat ini, bisa dipadukan dengan mereka yang baru jika akan memberikan performa yang lebih baik," terangnya.
Pihak pendonor darah memohon, jangan sampai terulang lagi.
"Kami memikirkan bagaimana bisa mendapatkan pendonor yang mau dan rela datang sampai PMI saja sudah sulit, dan tahu sendirikan sampai di sana tidak bisa langsung diambil darahnya mesti melalui prosedur screening yang panjang," paparnya.
Keduanya juga meminta kepada pendonor aktif yang saat ini berada di Kota Merauke, bahwa mereka saat ini adalah tulang punggung kebutuhan darah di Merauke.
"Sebab itu ayo terus bergerak lebih kuatkan mental untuk bisa mendonor. Kita akan memberikan manfaat lebih dari sebelumnya, karena selain kita sehat karena mendonor tetap semangat berbagi dan menginspirasi banyak orang. Setetes darah kita adalah nyawa bagi sesama," pungkas Alfian dan Ifah.
Penulis : CAW