Jepang dan Amerika Tarik Perusahaannya dari China, Negara Mana Saja Diuntungkan?
Dua negara raksasa, Jepang dan Amerika Serikat, akan menarik perusahaannya dari China. Dia akan memindahkan ke negara lain.
TOKYO, BUKAMATA - Sejak 2009, China telah menjadi pengekspor terbesar di dunia. Namun tahun 2020, China menjadi awal keterpurukan China. Itu sejak munculnya virus corona yang mematikan, yang menjalar ke seluruh dunia.

Dilansir dari Wionnews, saat ini kita hidup dengan social distancing namun ini juga mempraktikan jarak ekonomi (economic distancing) dari China. Dua negara sudah berupaya untuk mejaga jarak ekonomi dengan China, yaitu Amerika dan Jepang.
Amerika dan Jepang sama-sama sangat terpukul oleh virus corona dan mereka juga mempelajari untuk mengambil langkah, membawa bisnis mereka kembali ke negaranya. Hari Selasa lalu, perdana Menteri Shinzo Abe meluncurkan paket stimulus ekonomi terbesar di Jepang yang pernah ada, sebesar USD990 miliar, dalam menghadapi krisis terbesar sebagaimana dilansir dari siaran Wionews.
“Dalam situasi krisis perang, kita akan pasti menyelamatkan nyawa dan pekerjaan. Untuk melakukan ini kami akan menerapkan ekonomi kelas dunia paket stimulus 108 triliun yen yang setara 20% dari PDB," kata Perdana Menteri Jepang saat konfrensi pers pada Selasa.
Ini memiliki pesan yang kuat buat China, bagaimana Jepang ingin menjaga bisnisnya tetap aman. Untuk itu, Jepang siap membayar perusahaannya untuk keluar dari China. Jepang akan memberikan insentif kepada mereka. Jepang akan memindahkan pabrik-pabrik mereka keluar dari China.
Sedikitnya USD2 milliar telah disisihkan untuk kembali ke Jepang. USD215 juta bagi yang ingin pindah ke negara lain asal bisa meninggalkan China. Aksi ini menganggap China lengah. Kementerian Luar Negeri China ditanya tentang Langkah Jepang ini mengatakan, semua negara akan mengambil langkah seperti yang dilakukan China di mana ekonomi dunia dan rantai pasokan terpengaruh.
Bagaiman dengan Amerika? Eksodus perusahaan Amerika telah dimulai. Virus corona hanya menjadi faktor mempercepatnya. Agenda pertama Presiden Amerika Serikat, Donal Trump adalah memaksa perusahaan Amerika untuk memperbaiki mata rantai pasokan mereka.
Perang dagang telah memaksa mereka untuk meninggalkan China. Tahun lalu, lebih dari 50 perusahaan Amerika telah keluar dari China dan sekarang eksodus itu menjadi lebih besar.
Perusahaan mereka akan melakukan diversifikasi usaha, karena sumber dan pasokan mereka tidak dapat lagi bergantung pada China. Virus corona telah merusak rantai pasokan global yang sangat buruk dan menciptakan ketidakseimbangan global.
Beberapa negara juga mulai memikirkan atas pendekatan yang dilakukan Amerika dan Jepang. Pertanyaannya sekarang adalah negara mana yang akan mengambil keuntungan dari pergerseran global ini?
Kelompok lima negara yang dikenal sebagai lima negara perkasa dapat mengambil manfaat dari penarikan diri dari China. India adalah salah satunya. India dapat menawarkan tenaga kerja pada skala yang sama dengan China. Kemudian bagi negara berkembang, perang dagang ini telah menguntungkan baginya. Negara itu adalah adalah Vietnam. Sebelum krisis, Vietnam mengekspor 5000 produk ke Amerika. Thailand, Malaysia dan Indonesia akan mendapatkan lagi nilai jual yang sama dengan harga bahan mentah yang lebih murah. Bahan baku dan tenaga kerja sudah saatnya bagi dunia untuk meng eskplorasi opsi-opsi ini.
Sebelumnya, Long Yongtu, yang pernah memimpin negosiasi China untuk memasuki Organisasi Perdagangan Dunia, telah memperingatkan Beijing, untuk waspada terhadap risiko isolasi geopolitik.
Peringatan dari mantan kepala perunding perdagangan Beijing itu, juga diikuti oleh suara domestik yang juga semakin khawatir tentang isolasi geopolitik.
Karena, semakin banyak negara mengikuti Amerika Serikat dalam mengkritik China dalam penanganan virusnya. Keraguan tumbuh mengenai apakah Washington dan sekutunya akan mencoba untuk mengucilkan Beijing dari tatanan ekonomi internasional baru, sebuah teori yang dilabeli oleh beberapa ahli China sebagai "de -Sinicisation ”.
Terlepas dari meningkatnya permusuhan internasional terhadap China, Long, yang dalam sebuah wawancara dengan South China Morning Post tahun lalu mengatakan, pemerintah China menginginkan Presiden AS Donald Trump untuk memenangkan pemilu ulang pada November ini, tetap optimis tentang prospek jangka panjang untuk globalisasi.
Dia menyerukan China untuk lebih membuka pasar domestiknya kepada investor asing dan bagi perusahaan China mengejar lebih banyak merger dan akuisisi di luar negeri, untuk lebih mengintegrasikan China ke dalam rantai industri baru perusahaan multinasional.
Pada Senin lalu, sebuah studi baru menunjukkan, bahwa investasi China di Amerika turun ke level terendah sejak 2009 tahun lalu.
News Feed
Kominfo Makassar Tingkatkan Kapasitas OPD Lewat Bimtek Arsitektur SPBE
23 Oktober 2025 19:40
Kurang dari 24 Jam, Polisi Berhasil Tangkap Pelaku Curanmor di Bontocani Bone
23 Oktober 2025 17:54
13.224 PPPK Kemenag Dilantik, Termuda Usia 20 Tahunan
23 Oktober 2025 17:47
