Redaksi : Selasa, 18 November 2025 16:26

POLMAN,BUKAMATANEWS— Harapan baru bagi kebangkitan kakao Indonesia kembali mencuat dalam diskusi kelompok terarah (FGD) yang digelar Tim Ekspedisi Patriot bersama para petani, pemerintah desa, akademisi, serta tim dari Universitas Padjadjaran. Pertemuan yang melibatkan warga dari tiga desa—Pollewani, Ambopadang, dan Peburru—menghidupkan kembali optimisme bahwa Polewali Mandar dapat menjadi episentrum kakao nasional di masa mendatang.

Suasana diskusi berlangsung hangat dan kritis, diwarnai penyampaian pengalaman langsung para petani yang selama ini menjadi garda terdepan produksi kakao rakyat. Dalam sesi pembukaan, Dr. Ilham Gemiharto, M.Si., menegaskan bahwa Polewali Mandar memiliki karakteristik alam yang sangat ideal untuk pengembangan kakao modern.

 “Tanah di sini punya kualitas luar biasa. Secara alam, wilayah ini memang disiapkan menjadi sentra kakao utama kalau ekosistemnya dibenahi,” ujar Dr. Ilham, menekankan bahwa dukungan teknologi dan sistem yang memadai menjadi kunci membuka potensi tersebut.

Pandangan itu dipertegas oleh **Prof. Dr. Uud Wahyudin, M.Si.**, yang menyoroti pentingnya penguatan kelembagaan petani. Menurutnya, kualitas biji kakao tidak hanya bertumpu pada keterampilan teknis, tetapi juga pada dukungan pengetahuan, fasilitas, hingga kebijakan yang berpihak.

Antusiasme warga kian tampak saat seorang petani mengungkapkan keresahan terkait tantangan baru yang dihadapi.

 “Kami belajar dari orang tua. Tapi sekarang tantangannya berbeda. Serangan hama makin sering, musim tidak menentu, dan sudah lama sekali tidak ada pelatihan baru,” tuturnya.

Ihsan Arham, S.P., M.Si.menjelaskan bahwa perubahan iklim dan pola serangan hama modern memang tak lagi bisa ditangani dengan pengetahuan turun-temurun. Ia menilai tidak adanya pembaruan teknologi, sistem peringatan hama, serta rendahnya literasi pestisida menjadi sumber utama kerentanan petani.

Tantangan pascapanen juga menjadi sorotan penting. Banyak petani masih menjual buah kakao basah tanpa proses fermentasi atau pengeringan memadai.

“Fermentasi itu susah, apalagi cuaca tidak menentu. Kalau hujan, biji bisa rusak karena cuma dijemur seadanya,” ungkap seorang warga.

Para pemateri dari Unpad menegaskan bahwa rantai nilai kakao tidak boleh berhenti pada penjualan buah basah, sebab tanpa fermentasi dan pengeringan yang benar, nilai ekonomi kakao akan jatuh drastis.

Masalah penggunaan pestisida turut mengemuka. Seorang petani mengaku sering menggunakan pestisida tanpa memahami gejala yang sebenarnya.

 “Kalau lihat gejala, kami langsung pakai pestisida. Kadang bukan itu masalah sebenarnya, tapi kami tidak tahu caranya,” ujarnya.

Para akademisi menekankan bahwa penggunaan pestisida yang tidak tepat bukan hanya tidak efektif, tetapi juga berpotensi merusak lingkungan dan membahayakan kesehatan petani.

Dari sisi pemerintah desa, dukungan penuh disampaikan oleh para kepala desa yang hadir.

 “Kakao adalah identitas masyarakat. Kalau kualitasnya bisa dijaga bahkan ditingkatkan, kakao ini bisa jadi masa depan desa, bahkan masa depan kabupaten. Tapi pendampingan itu harus ada dan konsisten,” ujar salah satu kepala desa.

Para pemateri menyimpulkan bahwa tantangan terbesar bukanlah kemauan petani, melainkan absennya sistem pendukung yang memadai—mulai dari SOP budidaya, fasilitas pengeringan, hingga alat pendukung panen dan pascapanen.

FGD kemudian ditutup oleh moderator, Andi Asy’hary J. Arsyad, yang menegaskan bahwa seluruh masukan, kritik, dan pengalaman petani akan dirangkum menjadi rekomendasi kebijakan yang konkret.

 “Semua yang disampaikan hari ini tidak berhenti di ruang diskusi. Kami akan merapikannya menjadi rekomendasi kebijakan yang terukur dan langsung menjawab kebutuhan petani. Polewali Mandar punya potensi besar, dan potensi itu harus diwujudkan bersama,” tegasnya.

Melalui kolaborasi antara warga, pemerintah desa, Tim Ekspedisi Patriot, dan Universitas Padjadjaran, Polewali Mandar berdiri sebagai wilayah yang siap menjadi pusat kebangkitan kakao nasional—tempat di mana masa depan coklat Indonesia mulai ditata secara serius dan berkelanjutan.

TAG

BERITA TERKAIT