Wagub Sulsel Kunjungi Donat Tuli & Rumah Qur'an Tuli: Dorong Kemandirian, Bukan Belas Kasihan
Kunjungan ini bukan sekadar seremonial, tetapi menjadi simbol penting bahwa kemandirian penyandang disabilitas layak dihargai, bukan dikasihani. Pemerintah provinsi menyatakan siap memperluas dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, pelatihan, maupun akses setara.
MAKASSAR, BUKAMATANEWS — Di tengah hiruk-pikuk kebijakan dan pembangunan daerah, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Fatmawati Rusdi, menyambangi dua titik inspiratif di Kota Makassar: Donat Tuli Café Mella dan Rumah Qur’an Tuli Nur Afiah. Dua tempat ini bukan sekadar ruang usaha atau pendidikan, melainkan simbol nyata kemandirian komunitas tuli.

Dibangun oleh Hj. Ramlah, seorang perempuan tuna rungu yang juga menjabat sebagai Pembina DPD Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN) Sulsel, kedua inisiatif ini menunjukkan bahwa disabilitas bukan penghalang untuk berkarya dan mandiri.
Wagub Fatmawati hadir didampingi Ketua Dharma Wanita Persatuan Sulsel Melanie Simon Jufri, perwakilan organisasi wanita Forkopimda, dan Kepala Dinas P3AP2KB Sulsel, Hj. Andi Mirna.
“Saya merasa bangga bisa hadir di tengah teman-teman tuli. Ini bagian dari komitmen kami untuk menghadirkan pembangunan yang menyentuh semua kalangan,” ujar Fatmawati dalam sambutannya.
Ia menegaskan bahwa pembangunan inklusif tidak boleh berhenti pada narasi, tetapi harus menyentuh kebijakan nyata. “Setiap manusia punya potensi. Tugas kita adalah memastikan mereka mendapatkan akses dan kesempatan yang setara,” lanjutnya.
Kisah Hj. Ramlah mencuri perhatian. Perempuan inspiratif ini memulai usahanya pada 2010 dengan menitipkan donat ke warung-warung kecil. Kini, dengan dukungan pemerintah melalui program rebranding dan pelatihan usaha, Donat Tuli Café Mella tumbuh pesat, mempekerjakan delapan karyawan tuna rungu dan menghasilkan omzet harian Rp2–3 juta. Bahkan beberapa mantan karyawan kini telah membuka usaha sendiri.
“Dulu saya keliling warung. Sekarang kami punya rumah produksi sendiri dan mendirikan Rumah Qur’an agar teman tuli bisa belajar mengaji,” kata Ramlah melalui juru bahasa isyarat.
Di Rumah Qur’an Tuli Nur Afiah, Fatmawati melihat langsung bagaimana metode kitabah (penulisan ayat) digunakan untuk memudahkan pemahaman Al-Qur’an bagi penyandang tuli secara visual.
Dalam dialog yang berlangsung hangat, Fatmawati menegaskan pentingnya ketersediaan juru bahasa isyarat (JBI) di berbagai lini layanan publik, termasuk rumah ibadah dan acara resmi pemerintahan.
“Kita ingin masyarakat tuli bisa mendapat informasi yang sama. Termasuk dalam khutbah Jumat, acara kenegaraan, dan layanan kesehatan,” tegasnya.
Ketua DPD GERKATIN Sulsel, Andi Arfan, turut menyuarakan harapan komunitas agar akses JBI diperluas, terutama di momen-momen penting seperti upacara kemerdekaan atau forum publik daerah.
“Kami ingin bisa mengikuti kegiatan pemerintahan dengan utuh, bukan sekadar hadir secara fisik,” ujarnya.
Kunjungan ini bukan sekadar seremonial, tetapi menjadi simbol penting bahwa kemandirian penyandang disabilitas layak dihargai, bukan dikasihani. Pemerintah provinsi menyatakan siap memperluas dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, pelatihan, maupun akses setara.
“Mari kita dorong kemandirian, bukan karena belas kasihan, tetapi karena penghargaan terhadap potensi. Disabilitas bukan akhir dari segalanya,” tutup Fatmawati.
News Feed
Berita Populer
10 November 2025 08:16
10 November 2025 08:28
Bilqis Kembali ke Pelukan Keluarga, Pemkot Makassar Apresiasi Tim Jatanras dan Berikan Penghargaan
10 November 2025 11:26
10 November 2025 08:37
10 November 2025 13:06
