Redaksi
Redaksi

Jumat, 21 Februari 2025 10:41

Virus Mematikan Camp Hill Ditemukan di Alabama, Bisa jadi Ancaman Global

Virus Mematikan Camp Hill Ditemukan di Alabama, Bisa jadi Ancaman Global

Virus Camp Hill yang mematikan ditemukan di Alabama, AS. Pakar kesehatan memperingatkan potensi ancaman global jika virus ini menular ke manusia.

BUKAMATA - Pakar kesehatan di Alabama, Amerika Serikat, meningkatkan kewaspadaan terhadap virus baru yang dikenal sebagai virus Camp Hill. Virus mematikan ini ditemukan pada tikus tanah di Alabama, memicu kekhawatiran akan potensi penularan ke manusia.

Menurut laporan media, virus Camp Hill dianggap sebagai "henipavirus" pertama di Amerika Utara. Virus ini ditemukan oleh para peneliti di University of Queensland dan termasuk dalam famili yang sama dengan virus Nipah dan Hendra, yang dikenal memiliki tingkat kematian mengkhawatirkan sekitar 70 persen di antara individu yang terinfeksi.

Dr. David Dyjack, pakar kesehatan masyarakat di National Environmental Health Association, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan bahwa virus baru seperti ini dapat mengancam seluruh umat manusia.

"Yang menjadi perhatian kami dalam bidang kesehatan masyarakat adalah kami memiliki virus ini dengan [kami yakin] tingkat kematian yang sangat tinggi, dan jika virus ini bermutasi dan menular ke manusia, serta menyerang ginjal seperti yang telah kita lihat pada beberapa hewan, hal itu dapat menjadi ancaman yang sangat besar bagi seluruh umat manusia," katanya, dikutip dari The Economic Times.

Ancaman Besar Mengintai

Meskipun patogen baru ini belum menginfeksi manusia, virus dalam famili yang sama dapat menyebabkan radang sumsum tulang belakang dan otak, pembengkakan otak, gangguan pernapasan, kerusakan ginjal, dan kerusakan hati.

"Menurut saya, ada tiga hal yang membuat saya tidak bisa tidur di malam hari: Pertama, perang nuklir. Kedua, implikasi perubahan iklim, dan ketiga, pandemi global. Virus Camp Hill menjadi fokus utama pandemi," lanjutnya.

Karena virus ini masih baru, diperlukan penelitian mendalam mengenai dampaknya pada manusia, mengingat hingga saat ini belum ada kasus infeksi manusia yang dilaporkan.