Dewi Yuliani
Dewi Yuliani

Rabu, 31 Januari 2024 18:42

Prof. Dr. Muhammad Jufri, M.Si., M.Psi., Psikolog hadir sebagai narasumber pada Sosialisasi Penasihat Akademik, yang dilaksanakan Poltekpar Makassar, Rabu, 31 Januari 2024.
Prof. Dr. Muhammad Jufri, M.Si., M.Psi., Psikolog hadir sebagai narasumber pada Sosialisasi Penasihat Akademik, yang dilaksanakan Poltekpar Makassar, Rabu, 31 Januari 2024.

Tingkatkan Profesionalisme, Poltekpar Makassar Sosialisasi Penasihat Akademik

Diharapkan melalui penerapan keterampilan dasar konseling oleh Penasehat Akademik akan terbangun hubungan emosional dan komunikasi efektif dengan mahasiswa sehingga mahasiswa dapat terbantu dalam mengidentifikasi permasalahannya baik akademik maupun non akademik.

MAKASSAR, BUKAMATA - Sub Bagian Administrasi Kemahasiswaan Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Makassar menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Penasihat Akademik dengan tema Meningkatkan Profesionalisme Bimbingan Dalam Mendukung Pengembangan Serta Kesehatan Mental Mahasiswa, yang dilaksanakan di Kampus Politeknik Pariwisata Makassar, Rabu, 31 Januari 2024.

Kegiatan tersebut diikuti oleh 65 orang dosen yang juga merupakan penasihat akademik, serta menghadirkan Prof. Dr. Muhammad Jufri, M.Si., M.Psi., Psikolog sebagai narasumber.

Sosialisasi ini diawali dengan sambutan dan dibuka langsung oleh Direktur Politeknik Pariwisata Makassar, Herry Rachmat Widjaja, MM.Par. CHE.

Dalam sambutannya, Herry mengatakan, sosialiasi yang dilaksanakan tersebut sangat penting karena dapat mendukung tercapainya indikator kinerja Politeknik Pariwisata Makassar. Dengan bimbingan konseling diharapkan mampu mengurangi potensi adanya mahasiswa yang berhenti berkuliah atau tidak menyelesaikan studi karena berbagai macam faktor.

"Kita berharap kegiatan ini dapat berdampak kepada rasio antara input dan jumlah lulusan dapat berbanding lurus. Kegagalan mahasiswa dalam menyelesaikan studi dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satu diantaranya mungkin saja karena gangguan mental yang disebabkan tekanan akademik," ungkap Herry.

"Oleh karena itu, mohon arahan dari Prof. Jufri agar kami semua bisa mengatasi apabila terdapat masalah kesehatan mental mahasiswa kedepannya," sambungnya.

Sementara itu, Prof. Jufri dalam paparannya mengatakan bahwa mahasiswa yang gagal menyelesaikan studinya patut dicurigai belum memiliki tujuan hidup yang jelas. Menurut studi yang dia baca, hanya 3 persen dari 100 orang mahasiswa yang mempunyai tujuan hidup yang jelas, 10 persen diantaranya masih ragu dengan tujuan hidupnya, dan 87 persen masih belum memiliki tujuan hidup.

"Dalam proses meraih tujuan hidup semua orang membutuhkan dukungan sosial, oleh karena itu kita perlu dorongan semangat dan masukan dari orang lain. Kemudian untuk meraih sesuatu tentu butuh proses dan biasanya terdapat tantangan. Biasanya mahasiswa tidak tau bahwa mereka mendapatkan tantangan dan cara mengatasi tantangan," jelasnya.

Prof. Jufri juga menjelaskan bahwa dalam melakukan konseling dibutuhkan beberapa keterampilan. Yakni keterampilan attending, keterampilan mendengarkan dan keterampilan bertanya.

"Attending adalah keterampilan melayani secara pribadi yang merupakan usaha Konselor menempatkan diri sehingga dapat memberikan perhatian terhadap klien secara penuh. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh konselor terkait attending ini adalah kontak mata, posisi badan dan observasi," paparnya.

Keterampilan selanjutnya adalah mendengarkan yang mana peran Konselor yang utama adalah sebagai pendengar. Dengan mendengar, konselor dapat menolong klien memilah kebingungan, mengidentifikasi masalah, mengeksplorasi pilihan sehingga klien merasa didengar, dimengerti dan dihargai. Setelah mendengar, konselor harus melakukan Parafrasing (Refleksi). Konselor merefleksikan kembali apa yang telah dikatakan oleh klien. Konselor mengambil bagian penting yang telah dikatakan, menyatakannya kembali secara jelas dengan kalimat sendiri.

"Refleksi ini tentu memiliki sejumlah manfaat diantaranya adalah Klien menyadari bahwa konselor sedang mendengarkan dan telah memahami yang dikatakannya mendorong klien memahami perasaan, emosional dan isi pembicaraannya, serta mendorong klien melanjutkan pembicaraannya," pungkasnya.

Kemudian keterampilan terakhir adalah keterampilan bertanya. Adapun tujuan bertanya adalah membantu untuk fokus pada inti masalah, mendorong untuk melanjutkan percakapan, dan membantu klien memahami permasalahannya. Namun perlu diperhatikan bahwa seringkali penggunaan pertanyaan tidak terlalu penting untuk mendorong klien membicarakan masalahnya.

Untuk beberapa kondisi bahkan mengganggu kemampuan/kebebasan berbicara dan memutus alur pembicaraan. Membiarkan klien berbicara sesuai dengan keinginannya lebih membantu daripada mengarahkan pembicaraan menurut keinginan konselor Pertanyaan yang terlalu banyak akan mengubah suasana konseling menyerupai wawancara bahkan interograsi.

Diharapkan melalui penerapan keterampilan dasar konseling oleh Penasehat Akademik akan terbangun hubungan emosional dan komunikasi efektif dengan mahasiswa sehingga mahasiswa dapat terbantu dalam mengidentifikasi permasalahannya baik akademik maupun non akademik, dan memilih alternatif penyelesaian masalah yang lebih disukai dan realistik.

"Dengan demikian mahasiswa akan merasakan kesehatan mental menuju kebahagian dan prestasi akademik yang optimal," pungkasnya. (*)

#Poltekpar Makassar #Sosialisasi Penasihat Akademik #Prof Muhammad Jufri