BUKAMATA - Pemerintah Indonesia tengah gencar memerangi Stunting yang merupakan salah satu gangguan pertumbuhan yang dapat dialami anak-anak.
Istilah Stunting mulai sering didengar pasca pembentukan tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) lintas sektor. Pembentukan TPPS tersebut sebagai bentuk keseriusan pemerintah melakukan pencegahan dan penanganan terhadap penyakit yang diakibatkan kekurangan gizi kronis ini.
Lalu apa sebenarnya stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak bayi di bawah 5 tahun karena kekurangan gizi kronis. Sehingga, anak memiliki postur terlalu pendek bila dibandingkan dengan anak seusianya.
Biasanya, kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan. Namun, dampaknya akan mulai terlihat saat bayi berusia sekitar 2 tahun.
Sementara dilansir dari website resmi siloam hospital, sedikitnya ada dua poin utama penyebab stunting.
Pertama kurangnya asupan gizi pada ibu selama kehamilan. Bahkan dari data WHO, 20 persen kasus stunting terjadi sejak anak dalam kandungan. Hal ini karena makanan yang dikonsumsi ibu hamil (bumil) kurang bergizi.
Sehingga janin kurang ternutrisi. Akibatnya pertumbuhan janin dalam kandungan terhambat.
Kedua, kebutuhan nutrisi anak tidak tercukupi pasca kelahiran. Saat anak di bawah usia dua tahun baik kebutuhan ASI dan MPASI (makanan pendamping ASI).
Kurangnya protein, mineral zinc, serta zat besi turut mempengaruhi anak dalam proses pertumbuhannya.
Meskipun anak berperawakan pendek bukan berarti stunting. Namun, ada ciri-ciri khas jika balita mengalami stunting.
TAG
BERITA TERKAIT
-
SMEP, TP PKK Kecamatan Sangkarrang Diminta Perkuat Edukasi Risiko Pernikahan Dini dan Optimalkan Potensi Laut Tekan Stunting
-
Rakor TPPS di Dua Kecamatan, Islam Iskandar Perkuat Koordinasi Capai Target Penurunan Stunting
-
Pemprov Sulsel Gelar Bimtek Implementasi Pelaporan Stunting Mustika GEN EMAS
-
Rakor TPPS Makassar, Aliyah Mustika Ilham Serukan Kerja Nyata Atasi Stunting
-
Gerakan Gemar Makan Ikan Jadi Langkah Strategis Tekan Stunting di Kota Makassar