BUKAMATA – Stunting adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada masa awal kehidupan anak. Risiko dari masalah stunting terbilang wajib diwaspadai karena akan mempengaruhi tumbuh kembang anak secara langsung, sekarang maupun dalam jangka panjang. Anak yang tumbuh mengidap masalah stunting akan mengalami gangguan perkembangan otak.
Hingga hari ini, masalah stunting masih menjadi perhatian pemerintah, termasuk di Sulawesi Selatan, dan Makassar pada khususnya.
Angka stunting atau kekerdilan di Provinsi Sulawesi Selatan terus menurun. Namun di sisi lain, angka itu belum berhasil mencapai target secara nasional.
Berdasarkan data Buku Saku Hasi Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021, angka stunting di Sulsel mencapai 27,4 persen sementara angka nasional mencapai 24,4 persen. Pada 2021, Sulsel menargetkan angka stunting turun 24,59 persen.
Sementara itu, di wilayah Makassar, berdasarkan data Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) Dinas Kesehatan Kota Makassar pada Oktober 2022 lalu, jumlah anak usia bawah dua tahun (baduta) atau balita yang alami stunting sebanyak 3.318.
Jumlah terbanyak ada di Kecamatan Tamalate 681 anak, disusul Biringkanaya 605 anak, Tallo 366 anak. Selanjutnya Rappocini 354 anak, Panakkukang 344 anak, Bontoala 217, Manggala 195, Tamalanrea 95, Sangkarrang 90. Mamajang 87, Ujung Tanah 81, Mariso 62, Wajo 54, Makassar 47, dan Ujung Pandang 40.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dalduk KB) Kota Makassar, Chaidir mengatakan, di Kecamatan Sangkarrang juga terdapat anak yang mengalami stunting.
Padahal kata dia, jika dilihat dari asupan gizinya, kepala keluarga di kecamatan tersebut didominasi oleh nelayan. Sehingga kebutuhan protein mereka bisa terpenuhi dengan baik.
"Kalau kita lihat disana rata-rata nelayan, makanannya tiap hari ikan, ternyata itu tidak menjamin, di Sangkarrang juga tercatat ada anak yang alami stunting,” ungkapnya.
Menurutnya, penyebab stunting bukan hanya karena asupan gizi anak yang kurang, melainkan juga pola asuh. Di wilayah perkotaan, banyak orang tua yang mengesampingkan pentingnya pola asuh, bahkan untuk membuat anak mereka tenang, anak seringkali disuguhi dengan gadget. Itulah yang membuat perhatian anak teralihkan sehingga berdampak pada tumbuh kembang mereka.
Namun, angka stunting di Kota Makassar perlahan mengalami penurunan. Makassar berhasil menurunkan dari 5,6 persen menjadi 4,05 persen.
Pemerintah Kota Makassar menganggarkan Rp15,3 milliar untuk mencapai target nol kasus stunting di wilayahnya pada 2024 mendatang. Kepala Dinas Kependudukan dan Keluarga Berencana Makassar Chaidir optimistis target ini bisa diraih setahun ke depan dengan cara penguatan anggaran di tingkat kelurahan. Sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) mengajukan anggaran Rp50 juta per kelurahan untuk pencegahan stunting.
BERITA TERKAIT
-
Kominfo Makassar Tingkatkan Kapasitas OPD Lewat Bimtek Arsitektur SPBE
-
Aliyah Mustika Ilham Dukung Rakernas II ASITA 2026 sebagai Momentum Promosi Pariwisata Makassar
-
Inovasi Pro-Rakyat Makassar Jadi Rujukan Nasional: Banjarmasin Pelajari Program Iuran Sampah Gratis Berdasarkan Daya Listrik
-
SMEP, TP PKK Kecamatan Sangkarrang Diminta Perkuat Edukasi Risiko Pernikahan Dini dan Optimalkan Potensi Laut Tekan Stunting
-
Pemkot Makassar Bangun Dua Kawasan Urban Farming Modern