MAKASSAR, BUKAMATA - Hari ini, Rabu (9/11/2022) adalah hari jadi Kota Makassar yang ke 415 tahun. Kendati sudah berusia 4 abad, apakah Makassar adalah kota yang megah dengan wilayah yang luas sejak awal? Jawabannya tidak. Makassar dalam catatan sejarah hanyalah bagaian dari sebuah kerajaan besar bernama Kerajaan Gowa - Tallo. Namun, karena posisinya yang strategis dan merupakan pelabuhan internasional sejak abad ke-14 nama Makassar sudah terkenal hingga ke Mancanegara.
Sejarah awal terlepasnya Makassar dari Kerajaan Gowa-Tallo sejalan dengan keruntuhan Kerajaan tersebut pasca lahirnya perjanjian Bungaya dimana dalam salah satu poin perjanjian tersebut Kerajaan Gowa -Tallo harus menyerahkan benteng ujung pandang kepada Verenigde Oost indische (VOC) yang merupakan kamar dagang kerjaan Belanda pada tahun 1667. Setelah jatuh ke tangan VOC, Benteng Ujung Pandang Kemudian berubah nama menjadi Fort Roterdam yang dikenal hingga kini.
Sejarah Peringatan Hari Jadi Makassar
Dikutip dari laman resmi pemerintah kota Makassar Makassarkota.go.id, pada tanggal 9 Nopember 1607, tepatnya hari Jum’at, diadakan shalat Jum’at pertama di Mesjid Tallo dan dinyatakan secara resmi bahwa penduduk Kerajaan Gowa-Tallo telah memeluk Agama Islam, pada waktu bersamaan pula, diadakan shalat Jum’at di Mesjid Mangallekana di Somba Opu.
Tanggal inilah yang selanjutnya diperingati sebagai Hari Jadi Kota Makassar sejak Tahun 2000, yang sebelumnya hari jadi kota Makassar diperingati pada tanggal 1 April setiap tahunnya.
Dari Kecil Jadi Besar
Kota Makassar pada awalnya merupakan kota niaga pelabuhan kecil dengan luas hanya 21 km persegi.
Barulah pada tahun 1971 kota Makassar dimekarkan menjadi 115,87 Kilometer persegi, terdiri dari 11 wilayah kecamatan dan 62 lingkungan dengan penduduk sekitar 700 ribu jiwa.
Pemekaran ini mengadopsi sebagian dari wilayah tiga kabupaten yakni Kabupaten Maros, Gowa dan Pangkajene Kepulauan.
Pergantian Nama
Pergantian nama Kota Makassar berubah menjadi Ujung Pandang terjadi pada tanggal 31 Agustus 1971, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1971. Pergantian nama dari Makassar menjadi Ujung Pandang ini dilakukan sebagai kompensasi atas diserahkannya sebagian wilayah Maros, Gowa dan Pangkep.
Tentang kejadian bersejarah tersebut, Walikota Makassar H.M.Daeng Patompo (alm) berkilah “terpaksa” menyetujui perubahan, demi perluasan wilayah kota. Sebab Bupati Gowa Kolonel K.S. Mas’ud dan Bupati Maros Kolonel H.M. Kasim DM menentang keras pemekaran tersebut.
Untunglah pertentangan itu dapat diredam setelah Pangkowilhan III Letjen TNI Kemal Idris menjadi penengah, Walhasil Kedua Bupati daerah tersebut, mau menyerahkan sebagian wilayahnya asalkan nama Makassar di ganti.
Kembali Ke Makassar
Sejak awal proses perubahan nama Makassar menjadi Ujung Pandang, telah mendapat protes dari kalangan masyarakat. Beberapa kalangan budayawan, seniman, sejarawan, pemerhati hukum dan pebisinis. Bahkan ketika itu sempat didekalarasikan Petisi Makassar oleh Prof.Dr.Andi Zainal Abidin Farid SH, Prof.Dr.Mattulada dan Drs.H.D.Mangemba.
"Berdasar penemuan, keyakinan dan tanggungjawab kami, baik secara bersama-sama maupun masing-masing, kota ini bernama Makassar. Demi ketulusan dan hasrat kita semua untuk menegakkan kejujuran dan keluhuran namanya Makassar," demikian bunyi petisi tersebut.
Direktur Lembaga Sejarah Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, Hamzah Daeng Mangemba, mengatakan nama Makassar lebih ideal dipakai. Dari segi ekonomis, perubahan menjadi Ujung Pandang justru merugikan daerah Sulawesi Selatan sebab pelabuhan-pelabuhan untuk barang ekspor memakai cap Makassar
"Pun dari segi historis nama Makassar lebih tepat," ujarnya dikutip dari Tempo.
Barulah pada 1999, Kota Ujung Pandang berubah namanya kembali menjadi Makassar, tepatnya 13 Oktober, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999. Sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, luas wilayah Kota Makassar bertambah kurang lebih 4 mil kearah laut setara dengan 10.000 hektare, sehingga seluruh daratan dan lautan seluas 27.577 hektare.
Makassar Kini
Di usianya yang ke 415 tahun kini, Makassar telah menjelma menjadi kota metropolitan terbesar di Indonesia Timur. Penduduknya sudah mencapai lebih dari 1,5 juta jiwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik.
Di bawah kepemimpinan Walikota Moh Ramdhan Pomanto, Makassar sedang bergerak menjadi kota Dunia dengan mengusung Makassar Metaverse (Makaverse)
Saat ini, Makassar telah menjelma menjadi salah satu dari empat pusat pertumbuhan utama di Indonesia, bersama dengan Medan, Jakarta, dan Surabaya.