MAKASSAR, BUKAMATA - UNICEF Indonesia yang berkedudukan di Makassar bersama Dinas Kesehatan Sulsel, melibatkan semua stakeholder untuk menggenjot capaian imunisasi tambahan Campak Rubella, pada Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang telah diperpanjang hingga 13 September 2022 mendatang. Tidak hanya pemerintah daerah, PKK, Kepala Desa, tetapi juga tokoh agama hingga media.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sulsel, dr Erwan Tri Sulistyo MKes, mengatakan, secara nasional Sulsel saat ini berada di urutan kedua cakupan tertinggi untuk imunisasi Campak Rubella setelah Provinsi Lampung. Keberhasilan ini tentunya merupakan kerja keras dan kerja cerdas kabupaten/kota dalam upaya memberikan hak imunisasi anak.
Saat ini, ungkap dr Erwan, kabupaten yang telah mencapai target cakupan 95 persen imunisasi tambahan Campak Rubela adalah Kabupaten Pinrang 99,39 persen. Disusul Barru 98,00 persen, dan Luwu 97,33 persen.
Sedangkan kabupaten yang akan menyusul mencapai target 95 persen ada Kabupaten Soppeng 83,09 persen, dan Sidrap 80,26 persen. Adapun kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kota Makassar 52,79 persen, selanjutnya ada Kabupaten Enrekang 59,03 persen.
"Untuk mencapai target 95 persen cakupan di akhir masa perpanjangan BIAN, maka Provinsi Sulsel harus mampu mengejar target harian sebanyak 24.295 anak yang diimunisasi Campak Rubella setiap harinya. Oleh karena itu, diperlukan strategi tersendiri dalam mengakselerasi pelayanan BIAN dan cakupan harian imunisasi Campak Rubella sesuai target tersebut," terang dr Erwan, pada Media Briefing Mendukung Pelaksanaan BIAN, yang dilaksanakan di Hotel Claro Makassar, Jumat, 19 Agustus 2022.
Sementara, Dokter Ahli Tumbuh Kembang Anak, Dr dr Martira maddeppungeng Sp A(K), mengatakan, di tengah pandemi ada 23 juta anak di dunia tidak mendapatkan imunisasi lengkap. Diantaranya terdapat 1,7 juta anak-anak di Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi lengkap.
Akibatnya, terjadi peningkatan kasus dan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31), Indonesia terancam gagal untuk mencapai eliminasi Campak Rubella di tahun 2023, mempertahankan status bebas Polio sejak 2014, dan peningkatan kasus maupun KLB menjadi beban ganda di tengah pandemi yang belum berakhir.
Upaya eliminasi Campak Rubella dilakukan dengan pemberian imunisasi tambahan Campak Rubella tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Upaya ini untuk memutuskan transmisi penularan virus Campak dan Rubella secara cepat.
"Di Sulawesi Selatan sendiri masih ditemukan kasus positif Campak dan Rubella dalam dua tahun belakangan ini," ungkapnya.
Ia mengungkapkan, untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit Campak dan Rubella, maka diperlukan cakupan imunisasi minimal 95 persen. Dengan cakupan imunisasi Campak Rubella yang tinggi pada sasaran usia 9 bulan sampai dengan kurang dari 12 tahun, ini juga akan melindungi kelompok usia yang lebih besar, termasuk ibu hamil agar tidak tertular virus Rubella.
"Sekitar 80 persen sirkulasi virus Campak dan Rubella terjadi pada usia tersebut," pungkasnya.
Turut hadir sebagai narasumber, Perwakilan AJI Makassar, Koordinator Divisi Gender, Anak, dan Kelompok Marginal, Rahma Amin. (*)
BERITA TERKAIT
-
Cegah Kanker Serviks Sejak Dini, Unicef - Portkesmas Latih Guru dan Nakes Jadi Komunikator Imunisasi HPV
-
Sulsel Jadi Provinsi Pertama Luncurkan Pedoman dan Strategi Komunikasi Percepatan Penurunan Stunting
-
Pj Sekda Buka Lokakarya Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Percepatan Penanganan Anak Tidak Sekolah
-
10 OPD Pemprov dan Kabupaten Kota se-Sulsel Kolaborasi Rancang Strategi Komunikasi Atasi Stunting
-
Sinergi dengan UNICEF, Danny Pomanto Instruksikan Kontainer Jadi Posko Program Jagai Anakta