Dubai Diterjang Banjir, Bandara Sampai Tergenang
17 April 2024 22:08
Pasukan keamanan mengerahkan kekuatan untuk mencegah aksi unjuk rasa, hingga menyebabkan lebih 100 orang kehilangan nyawa
BUKAMATA - Amerika Serikat menyatakan keprihatinan atas kematian warga sipil di Myanmar di tangan pasukan keamanan pada hari Sabtu (27/03/2021).
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa tindakan kekerasan yang menewaskan lebih 100 orang itu mengerikan.
"Junta akan mengorbankan nyawa orang untuk melayani sedikit," kata Blinken. "Orang-orang Burma yang berani menolak pemerintahan teror militer."
Kedutaan AS sebelumnya mengatakan bahwa pasukan keamanan telah membunuh warga sipil tak bersenjata, sementara delegasi Uni Eropa untuk Myanmar mengatakan bahwa Hari Angkatan Bersenjata akan terukir sebagai hari teror dan aib".
Sementara itu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia "sangat terkejut" dengan kematian tersebut.
Myanmar" width="976" height="549" />Kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP) mengkonfirmasi setidaknya 91 kematian, sementara media lokal Myanmar Now menyebutkan angkanya lebih tinggi, yaitu 114 korban.
"Mereka membunuh kami seperti burung atau ayam, bahkan di rumah kami," kata penduduk Thu Ya Zaw kepada kantor berita Reuters di pusat kota Myingyan. "Kami akan terus memprotes."
Apa yang terjadi pada hari Sabtu?
Pengunjuk rasa berkumpul di seluruh Myanmar, juga dikenal sebagai Burma.
Pada malam Sabtu, TV pemerintah telah menyiarkan pengumuman dari militer bahwa orang-orang harus belajar dari tragedi kematian yang buruk sebelumnya, dan memperingatkan bahwa mereka bisa ditembak di kepala dan punggung jika tetap melakukan aksi unjuk rasa.
Dan benar saja, keesokan harinya pasukan keamanan mengerahkan kekuatan untuk mencegah aksi unjuk rasa.
Gambar yang dibagikan di media sosial menunjukkan orang-orang dengan luka tembak dan keluarga yang berduka.
Tindakan keras yang menggunakan peluru tajam dilaporkan terjadi di lebih dari 40 lokasi di seluruh negeri.
Myanmar" width="976" height="549" />Para saksi mengatakan kepada BBC Burma bahwa kematian pengunjuk rasa terjadi di kota-kota dan kotapraja Magway, Mogok, Kyaukpadaung dan Mayangone. Korban tewas juga dilaporkan di Yangon dan di jalan-jalan kota terbesar kedua Mandalay.
Militer belum mengomentari pembunuhan tersebut. Dalam pidato TV Hari Angkatan Bersenjata, pemimpin kudeta Min Aung Hlaing mengatakan tentara ingin "bergandengan tangan dengan seluruh bangsa untuk menjaga demokrasi".
17 April 2024 22:08
17 April 2024 18:22
17 April 2024 17:55