Ririn : Selasa, 16 Februari 2021 10:13
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

BUKAMATA - Presiden Recep Tayyip Erdogan mengkritik tanggapan AS terhadap kematian 13 sandera Turki di Irak utara di tangan militan Kurdi.

Pada hari Minggu (14/02/2021) Partai Pekerja Kurdi, juga dikenal sebagai PKK, mengeksekusi para sandera di sebuah gua di wilayah Kurdi di Irak. Hal itu memicu kemarahan dari pemerintah Turki.

Segera setelah berita eksekusi itu muncu, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan yang mengutuk tindakan tersebut.

"Kami mendukung sekutu NATO kami Turki dan menyampaikan belasungkawa kami kepada keluarga mereka yang hilang dalam pertempuran baru-baru ini," kata pernyataan itu.

"Jika laporan kematian warga sipil Turki di tangan PKK, sebuah organisasi teroris, dikonfirmasi, kami mengutuk tindakan ini sekuat mungkin."

Sayangnya Erdogan menganggap pernyataan itu kurang kuat. Menurutnya, itu menunjukkan kurangnya dukungan dari pemerintahan Biden, dan mengancam akan mengakhiri hubungan antara kedua negara.

"Turki telah membunuh 42 teroris di tempat persembunyian mereka, gua-gua selama fase pertama Operasi Claw-Eagle 2 di Irak utara," kata Erdogan. "[Jika Amerika Serikat ingin] melanjutkan aliansi kami secara global dan di NATO, maka Anda harus berhenti berpihak pada teroris."

Dia menambahkan, "darah orang tak berdosa yang menjadi martir di Irak utara ada di tangan semua yang membela, mendukung dan bersimpati dengan teroris PKK."

Konflik Turki-Kurdi telah berkecamuk selama hampir 40 tahun dan kerap menguji hubungan Turki dengan Amerika Serikat. Kurdi mengontrol kantong-kantong tanah di Suriah dekat perbatasan Turki dan berharap untuk memiliki negara mereka sendiri, sesuatu yang ditolak Turki.

TAG