Ririn : Kamis, 07 Januari 2021 08:39
Pendukung Presiden Donald Trump menyerbu lantai dua Capitol AS dekat pintu masuk Senat, di Washington pada 6 Januari 2021. (Foto: REUTERS / Mike Theiler)

BUKAMATA - Pendukung Presiden AS Donald Trump menyerbu Capitol AS pada hari Rabu (06/01/2021) sebagai upaya terakhir untuk membatalkan hasil pemilu dan memaksa Kongres untuk menunda sesi yang akan mengesahkan kemenangan Biden Joe.

Banyak pengunjuk rasa yang bentrok dengan polisi, dan ribuan orang turun ke halaman Capitol. Ketika mereka membanjiri aula Kongres, polisi harus mengevakuasi anggota parlemen dan berusaha membersihkan Gedung Capitol dari para pengunjuk rasa dengan melepaskan gas air mata.

Reuters melaporkan bahwa polisi akhirnya menyatakan gedung Capitol aman setelah pukul 03.30 sore, lebih dari tiga jam setelah dibobol.

Video menunjukkan pendukung Trump memecahkan jendela dan polisi mengerahkan gas air mata di dalam gedung.

Kepala Polisi Metropolitan Washington, Robert Contee mengatakan para domonstran menggunakan bahan kimia yang mengiritasi untuk menyerang polisi dan beberapa petugas terluka.

Itu adalah serangan paling merusak di Capitol AS, sejak tentara Inggris membakarnya pada tahun 1814.

Menanggapi kerusuhan tersebut, Joe Biden mengatakan bahwa aksi ini bukan protes, melainkan pemberontakan.

Dia mendesak Trump agar memerintahkan pendukungnya untuk mundur dan "mengakhiri pengepungan ini".

Mantan Presiden Barack Obama juga telah mengeluarkan pernyataan atas kerusuhan di Capitol Hill. Dia meminta Partai Republik untuk "memilih kenyataan dan mengambil langkah pertama untuk memadamkan api."

"Sejarah akan mengingat dengan tepat kekerasan hari ini di Capitol, yang dipicu oleh presiden yang sedang duduk yang terus berbohong tanpa dasar tentang hasil pemilihan yang sah, sebagai momen yang sangat memalukan bagi bangsa kita," kata Obama dikutip CNN.