BUKAMATA - Pendukung Presiden AS Donald Trump menyerbu Capitol AS pada hari Rabu (06/01/2021) sebagai upaya terakhir untuk membatalkan hasil pemilu dan memaksa Kongres untuk menunda sesi yang akan mengesahkan kemenangan Biden Joe.
Banyak pengunjuk rasa yang bentrok dengan polisi, dan ribuan orang turun ke halaman Capitol. Ketika mereka membanjiri aula Kongres, polisi harus mengevakuasi anggota parlemen dan berusaha membersihkan Gedung Capitol dari para pengunjuk rasa dengan melepaskan gas air mata.
Reuters melaporkan bahwa polisi akhirnya menyatakan gedung Capitol aman setelah pukul 03.30 sore, lebih dari tiga jam setelah dibobol.
Video menunjukkan pendukung Trump memecahkan jendela dan polisi mengerahkan gas air mata di dalam gedung.
Itu adalah serangan paling merusak di Capitol AS, sejak tentara Inggris membakarnya pada tahun 1814.
Menanggapi kerusuhan tersebut, Joe Biden mengatakan bahwa aksi ini bukan protes, melainkan pemberontakan.
Dia mendesak Trump agar memerintahkan pendukungnya untuk mundur dan "mengakhiri pengepungan ini".
"Sejarah akan mengingat dengan tepat kekerasan hari ini di Capitol, yang dipicu oleh presiden yang sedang duduk yang terus berbohong tanpa dasar tentang hasil pemilihan yang sah, sebagai momen yang sangat memalukan bagi bangsa kita," kata Obama dikutip CNN.
TAG
BERITA TERKAIT
-
KTT Perdamaian Sharm El-Sheikh, Indonesia Konsisten Dukung Gaza
-
Kerjasama AS - Indonesia Bawa Dampak Positif bagi Dunia Usaha
-
Kirim 200 Surat Tarif Impor ke Mitra Dagang, Trump Tutup Ruang Negosiasi Ulang
-
Trump Mau Tukar Data Warga RI dengan Diskon Tarif Impor
-
Donald Trump Sebut Indonesia akan Beli Komoditas Energi AS Rp 243,9 Triliun