Redaksi : Jumat, 11 September 2020 14:17
Kim Jong-un dan Donald Trump

WASHINGTON, BUKAMATA - Sempat memburuk, hubungan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kini kembali membaik. Trump menyuarakan dukungannya untuk Kim di Twitter.

Dalam sebuah cuitan pada Kamis (10/9/2020), Trump bilang dunia tidak boleh meremehkan Kim. "Kim Jong Un dalam kesehatan yang baik. Jangan pernah meremehkan dia!" tulis Trump.

Sehari sebelumnya, kabar kedekatan kedua pemimpin juga menjadi perbincangan setelah dibahas dalam buku baru karya Bob Woodward yang berjudul "Rage".

Bob adalah jurnalis terkenal dari AS. Dia berjasa besar dalam mengungkap skandal Watergate yang melibatkan Presiden Richard Nixon di tahun 1972, bersama rekannya Carl Bernstein. Keduanya saat itu bekerja sebagai jurnalis di harian The Washington Post.

Dalam buku yang akan segera rilis itu, jurnalis senior tersebut menulis bahwa Kim pernah menceritakan soal pembunuhan pamannya kepada Trump. Dikutip dari Washington Post, Trump juga mengakui itu. "Kim memberi tahu saya segalanya," jelas Trump.

Kim memberi gambaran kepada Trump, bagaimana dia menghabisi pamannya sendiri, Jang Song-thaek. Pejabat senior Korea Utara itu, dihabisi Kim pada 2013 dan menjadi kabar utama di berbagai media. Ia dieksekusi karena dicurigai tidak setia kepada rezim saat itu.

Selain soal itu, buku itu juga disebut berisi 18 wawancara Woodward dengan Donald Trump selama periode 5 Desember 2019 hingga 21 Juli 2020. Wawancara itu direkam oleh Woodward dengan izin Trump, menurut CNN yang memperoleh salinan dari rekaman audio.

Menurut laporan Independent, Woodward juga menulis bahwa Trump terkesan dengan Kim, ketika dia pertama kali bertemu dengannya di Singapura pada 2018.

Woodward juga dilaporkan sempat membaca 25 surat yang saling dikirimkan antara Trump dan Kim dalam beberapa tahun terakhir. Trump menyebut surat-surat itu sebagai "surat cinta".

Menurut CNN, yang mengklaim memperoleh transkrip dari dua surat, Kim memanggil Trump dengan sebutan "Yang Mulia". Kim juga menggunakan bahasa yang berbunga-bunga ketika menjelaskan hubungannya dengan Trump.

"Bahkan sekarang saya tidak dapat melupakan momen sejarah ketika saya memegang tangan Yang Mulia dengan kuat di lokasi yang indah dan sakral saat seluruh dunia menyaksikan dengan penuh minat dan berharap untuk menghidupkan kembali kehormatan hari itu." tulis Kim dalam salah satu surat setelah pertemuan pertama dengan Trump di Singapura.

Trump bertemu Kim tiga kali di tiga wilayah berbeda. Pertama di Singapura, lalu Vietnam dan Zona Demiliterisasi yang membagi Korea Utara dan Selatan.