Redaksi : Kamis, 27 Agustus 2020 10:49
Tiga militer Filipina tampak menyelamatkan korban ledakan bom di Kota Jolo. (Sumber: Reuters)

SULU, BUKAMATA - Identitas dua wanita pelaku serangan bom bunuh diri di kota Jolo, Sulu, diungkap militer Filipina. Serangan di dua titik itu, terjadi pada Senin, 24 Agustus 2020, menewaskan 15 orang, dan melukai 70 lainnya.

Kepala Staf Angkatan Darat Filipina, Letnan Jenderal Cirilito Sobejana, dalam keterangan tertulis kepada para wartawan Rabu (26/8/2020) kemarin menyebutkan, dua perempuan pelaku serangan bom bunuh diri di Jolo itu adalah janda para milisi. Keduanya masing-masing, Nanah dan Inda Nay.

Nanah kata Letjen Sobejana, tinggal di Basilan. Diduga warga negara Indonesia. Dia istri Norman Lasuca, yang disebut sebagai warga pertama Filipina yang melakukan serangan bom bunuh diri. Lasuca bersama seorang pelaku lain, meledakkan diri dengan sasaran tentara pemerintah di Sulu pada 28 Juni 2019. Setidaknya tujuh tentara tewas dan 12 orang lainnya luka-luka dalam insiden ini.

Sementara Inda Nay, tinggal di Sulu yang kemudian pindah ke Tawi-Tawi.
Inda Nay, menurut Sobejana, adalah janda milisi kelompok yang menyebut diri mereka Negara Islam (ISIS), yang dikenal dengan nama Abu Talha. Nama lain Abu Talha adalah Talha Jumsah. Abu Talha tewas dalam pertempuran dengan tentara pemerintah pada November 2019.

Pihak berwenang di Filipina masih melakukan penelusuran untuk mengetahui apakah Nanah berasal dari Indonesia.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Teuku Faizasyah, mengaku belum ada konfirmasi resmi terkait perempuan Indonesia yang disebutkan sebagai pelaku ini.

Selasa (25/8/2020) lalu, Sobejana seperti dikutip media mengatakan, ada kemungkinan salah seorang pelaku serangan bom bunuh diri di Jolo adalah perempuan Indonesia.

Panglima angkatan bersenjata Filipina, Jenderal Gilbert Gapay, mengatakan bahwa serangan di Jolo pada Senin dilakukan oleh kelompok militan Abu Sayyaf.

"Kelompok Abu Sayyaf tidak akan menggoyahkan komitmen kita untuk mengakhiri kekerasan yang mereka lakukan," kata Gapay.

Hingga Rabu malam (26/8/2020) waktu setempat, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab.

Sebelumnya, perwira tinggi militer Filipina untuk kawasan Sulu, Brigadir Jenderal William Gonzales, juga menaruh kecurigaan ke kelompok Abu Sayyaf.

Dalam wawancara kepada media, dia mengatakan, hanya kelompok Abu Sayyaf yang bisa melakukan serangan seperti ini.

Juru bicara satuan tugas antiterorisme Filipina, Rex Payot, kepada para wartawan mengatakan, ledakan terjadi di dekat pusat kota pada Senin, 24 Agustus 2020.

Laporan militer dan polisi menyebutkan, tentara dan warga sipil menjadi korban dalam ledakan pertama, yang terjadi ketika personel militer membantu otoritas sipil melakukan bantuan penanganan pandemi Covid-19.

Tak lama kemudian, terjadi ledakan kedua di dekat Katedral Our Lady of Mount Carmel. Tahun lalu, terjadi serangan bom bunuh diri di katedral ini ketika jemaat tengah melakukan misa. Setidaknya 23 orang meninggal dunia.

Dalam tiga tahun terakhir, terjadi sekurangnya enam serangan bom bunuh diri, jenis serangan yang sebelumnya sangat jarang terjadi di Filipina.

Hingga Selasa (25/8/2020) malam waktu setempat, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab melakukan serangan bom bunuh diri di kota Jolo.