Redaksi : Selasa, 18 Agustus 2020 22:03
Diskusi daring Kopi Tumpah Bukamata.

MAKASSAR, BUKAMATA - Pertanian satu-satunya sektor yang tahan banting. Terpuruknya berbagai penunjang ekonomi akibat Covid-19, membuat resesi sudah di depan mata.

Bahkan, menurut pakar kebijakan publik Achmad Nur Hidayat dalam webinar Kopi Tumpah Bukamata, Selasa, 18 Agustus 2020 malam, resesi sudah terjadi pada triwulan II. Ditandai turunnya pertumbuhan ekonomi pada Q1 dan Q2. Q1 kata pria yang akrab disapa Matnoer ini, minus 0,7 % dan pada Q2 minus 0,9 %.

Namun, di tengah resesi itu kata Matnoer, ada kabar gembira. Sektor pertanian mampu tumbuh luar biasa. Dari 5 sektor yang ada, semua kata Matnoer, negatif. Kecuali, pertanian.

Penyebabnya lanjut Matnoer, karena dalam Pandemi ini, semua butuh makan. Sehingga permintaan bahan makanan tetap stabil. Lebih dari itu, dari semua lahan pekerjaan yang ada, hanya petani yang sudah menerapkan social distancing. Karena mereka memang bekerja dengan menjaga jarak.

Itu diakui juga Bupati Bone, Fahsar Padjalangi. Menurutnya, dari 53 kasus Covid-19 di Bone, tak ada satupun dari kalangan petani. Saat ini kata dia, sisa 3 positif, dan itu bukan petani.

Menurut Fahsar, itulah yang membuat pertanian kuat, karena petaninya juga imunnya terjaga. Hasilnya lanjut Fahsar, walaupun pandemi Covid-19 meruntuhkan sektor ekonomi lain, namun pertanian tetap menopang. Sehingga dampak ekonomi dari Covid-19 di Bone, tidak terlalu besar di banding daerah lainnya.

Menurut Fahsar, 70 persen aktivitas ekonomi di Bone dari sektor pertanian. Memang ada dampaknya kata Fahsar. Namun ekonomi hanya turun satu digit dari 8,4% menjadi 7,3%.

Fahsar hanya minta dua hal kepada Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang juga hadir dalam webinar itu, yakni, bibit dan pupuk. Menurut Fahsar, pupuk saat ini masih jadi kendala. Namun, dia sudah mencadangkan Rp5 miliar di APBD untuk mengatasi kelangkaan pupuk. Namun, dana itu belum digunakan, karena pupuk masih ada.

Hal senada disampaikan Gubernur Sumatera Selatan, H Herman Deru. Menurutnya, merosotnya pertumbuhan ekonomi di wilayahnya akibat pandemi, sedikit ditopang sektor pertanian. Sehingga tidak terlalu jatuh. Menurutnya, harus ada sinergitas dari pemerintah untuk meningkatkan semangat petani. Di Sumsel kata Herman, selain padi dan jagung, juga kopi jadi andalan. Ada tiga jenis yang dikembangkan, Robusta, Arabica dan Liberica.

Korwil BPP Hipmi Indonesia Timur, Herman Heizer sepakat dengan Gubernur Sumsel. Semangat petani harus ditingkatkan. Bukan cuma semangat, tapi juga taraf hidup petani. Caranya, dengan mendekatkan petani ke market place, agar mereka mendapatkan harga yang layak.

Taraf hidup petani memang masih rendah. Anggota Komisi IV DPR RI, Andi Akmal Pasluddin mengakui itu. Menurutnya, indikator itu terlihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang belum naik. Menurut Akmal, ini indikasi bahwa masih perlu kerja keras dari seluruh stakeholder pertanian.

Akmal mengapresiasi Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo. Meski ada pemotongan anggaran karena refocusing, masih tetap bisa meningkatkan sektor pertanian di Triwulan II. Menurut Akmal, pemotongan itu sementara dan dia percaya, Menteri SYL mampu memikirkan cara untuk bertumbuh dengan anggaran terbatas seperti triwulan II.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo, dalam diskusi daring yang dipandu host Nana Djamal mengatakan, anggarannya memang dipotong dari Rp21 triliun menjadi Rp14 triliun. Itulah yang dimaksimalkan. Pupuk bersubsidi juga dikurangi dari 9 juta ton menjadi 3 juta ton.

Mantan Gubernur Sulsel dua periode ini memaparkan, meski ada pengurangan, dia memaksimalkan apa yang ada. Dan dengan kerja keras bersama jajarannya, sektor pertanian bisa bertumbuh dengan baik. Menurutnya, ada peningkatan nilai ekspor pertanian sebesar 8,97 %.

Syahrul mengaku sangat anti impor. Dia menjaga betul beberapa komoditas ekspor seperti bawang putih, bawang merah, cabai besar, cabai rawit, dan lain-lain. Namun dia kewalahan. Ada sejumlah komoditi yang tidak cocok tumbuh di iklim Indonesia yang tropis. Seperti bawang putih. Menurut Syahrul, hanya tumbuh di daerah dingin. Makanya, mau tidak mau kata dia, kran impor harus dibuka untuk mengatasi kelangkaan.

Meski keteteran di holtikultura, yang naik kata Syahrul adalah ketahanan pangan. Pada musim tanam I, ada stok beras 3,86 juta ton. Ditambah stok Bulog 3 juta ton. Jadi total stok, ada 6,8 juta ton. Untuk musim tanam II, ada 5 juta hektare lahan siap tanam. Tersebar di 8 provinsi. Menurut Syahrul, itu bisa menutupi kebutuhan pangan Juli-Desember 2020 sebesar 15,08 juta ton. Bahkan ada overstok sekitar 2 juta ton.

Syahrul mengejar pertumbuhan positif pada triwulan III. Dia sudah menyiapkan empat cara berpikir (CB). Pertama, peningkatan kapasitas produksi, lalu diversifikasi pangan lokal, kemudian penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, dan terakhir pengembangan pertanian modern.

Matnoer bilang, ada simulasi untuk bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi di atas 0 %. Yakni, harus membelanjakan APBN 65% hingga Desember. Saat ini kata Achmad Nur Hidayat, penyerapan anggaran baru 48%.

Menurut Syahrul, di kementeriannya sudah ada Rp27 triliun anggaran yang sudah berputar. Dia berharap, hasilnya bisa positif pada triwulan III. "Tentunya hasil yang kami capai ini bukan saya klaim Kementerian saya semata-mata, tapi ini hasil kita semua," ujarnya.