JAKARTA, BUKAMATA - Senin, 12 Juli 2020. Tengah malam itu, tiba-tiba air bercampur lumpur melaju menuju Luwu Utara. Memporak-porandakan enam kecamatan di kabupaten pemekaran Luwu itu. Enam kecamatan itu, yakni, Kecamatan Masamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta Selatan, Malangke dan Malangke Barat.
Datangnya tengah malam. Masyarakat tidak siap. Banyak yang sudah lelap. Akibatnya, sekitar 30 orang meninggal dunia. Puluhan lainnya masih dalam pencarian.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun mengeluarkan analisis sementara, penyebab banjir bandang.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangannya, Jumat (17/7/2020) mengatakan, hasil analisis sementara Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), ada dua faktor penyebab banjir bandang Luwu Utara. Yakni, alam dan manusia.
Faktor alam kata Raditya Jati, salah satunya cuaca. Menurutnya, curah hujan dengan intensitas tinggi saat itu terjadi di daerah aliran sungai (DAS) Balease. Lebih dari 100 mm per hari, serta kemiringan lereng di bagian hulu DAS Balease sangat curam. Desa Balebo yang dilewati DAS ini berada pada kemiringan lebih dari 45 persen. Itu kemudian menjadi salah satu pemicu banjir bandang.
Selain faktor cuaca lanjut Jati, kondisi tanah berkontribusi terhadap terjadinya luncuran material air dan lumpur. Jenis tanah lanjut dia, distropepts atau inceptisols. Ini memiliki karakteristik tanah dan batuan di lereng yang curam mudah longsor, yang selanjutnya membentuk bending alami atau tidak stabil. Kondisi ini mudah jebol apabila ada akumulasi debit air tinggi.
Faktor alam yang terakhir kata dia, adalah daerah tangkapan air (DTA) banjir di Desa Balebo, Kecamatan Masamba, berada pada kategori banjir limpasan tinggi sampai ekstrem. Sedangkan DTA banjir di Desa Radda Kecamatan Baebunta dan Desa Malangke Kecamatan Malangke, sebagian besar berada pada kategori banjir genangan tinggi.
"Sedangkan faktor manusia, terpantau di lokasi adanya pembukaan lahan di daerah hulu DAS Balease dan penggunaan lahan massif perkebunan kelapa sawit. Terkait dengan pembukaan lahan ini, salah satu rekomendasi dari KLHK yakni pemulihan lahan terbuka di daerah hulu," paparnya dilansir dari Detik.
Jati melanjutkan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu Utara, saat ini masih melakukan upaya penanganan darurat di lapangan dan mencari korban yang hilang. Bupati Luwu Utara sudah menetapkan status tanggap darurat selama 30 hari, terhitung dari 14 Juli hingga 12 Agustus 2020.
Sementara kebutuhan mendesak yang diperlukan korban kata dia, antara lain suplai air bersih, obat-obatan, kebutuhan balita seperti susu dan popok, popok lansia, pakaian dalam wanita, selimut dan sarung serta peralatan pembersih rumah. Sedangkan mengenai padamnya listrik, infrastruktur ini telah kembali normal. Namun, beberapa titik masih terjadi pemadaman. Fasilitas air dari PDAM setempat masih belum dapat beroperasi.
"Tim Reaksi Cepat (TRC) BNPB melaporkan per Kamis (16/7/2020), 15 orang masih dalam pencarian, sedangkan korban meninggal berjumlah 30 orang. Sehari sebelumnya (15/7/2020) sebanyak 539 personel gabungan SAR mencari dan mengevakuasi warga yang hanyut akibat derasnya banjir. Kejadian ini mengakibatkan puluhan orang dirawat di sejumlah rumah sakit dan puskesmas. Lebih dari 3.500 keluarga mengungsi," paparnya.
Selain itu, sebanyak 3.627 KK atau 14.483 jiwa mengungsi di tiga kecamatan yang tersebar di pengungsian di Kecamatan Sabbang, Baebunta, dan Massamba. Tercatat 10 unit rumah hanyut dan 213 lain tertimbun pasir yang bercampur lumpur.
"Sedangkan infrastruktur publik, satu kantor koramil terendam air dan lumpur setinggi 1 meter. Selain itu, jembatan antar desa terputus dan jalan lintas provinsi tertimbun lumpur antara 1 hingga 4 meter. Beberapa akses jalan putus karena terendam lumpur tebal, sedangkan lahan pertanian yang rusak masih dalam proses pendataan," tuturnya.
Alat berat juga telah diturunkan untuk pembersihan material lumpur di jalan trans Sulawesi Selatan-Sulawesi Tengah.
BERITA TERKAIT
-
Pemprov Sulsel Suplai Logistik untuk Korban Banjir Aceh Tamiang, Diserahkan Melalui Posko Wahdah Islamiyah
-
Gubernur Sulsel Lepas 100 Nakes dan Beri Tambahan Bantuan Rp1 Miliar untuk Penanganan Bencana di Aceh Tamiang
-
Biaya Perbaikan Kerusakan Akibat Bencana Sumatera Diperkirakan Capai Rp51,82 Triliun
-
Gubernur Sulsel Instruksikan Penanganan Cepat Banjir di Empat Kabupaten
-
13 Warga Tewas, Banjir Bandang Terjang Kelurahan Rua di Maluku Utara