Redaksi : Rabu, 15 Juli 2020 09:56
Para relawan sedang meeting sebelum turun ke lokasi bencana.

BUKAMATA - Para Relawan Indonesia (PRI), dipimpin dr Hisbullah Amin, bergegas ke lokasi bencana banjir bandang disertai lumpur di Masamba, Luwu Utara. Dokter Hisbullah, menuliskan laporan perjalanannya di media sosialnya. Berikut laporan perjalanannya ke Bumi Lamaranginang itu:

Pukul 00.15 Wita, kami meninggalkan kota Palopo yang menurut informasi yang kami terima, jalan poros Trans Sulawesi menuju kota Masamba, masih terputus. Akhirnya kami tiba di jembatan Sabbang yang menurut info di medsos, sudah mulai goyang dan rawan dilewati.

Yah kenyataannya memang begitu. Air sungai yang deras menderu, sudah hampir mencium lantai jembatan. Di antara kegelapan malam, sesekali tampak onggokan seperi batang kayu besar menampar pilar lalu tersangkut di kaki jembatan yang terasa seperti hentakan yang mungkin dirasa oleh sebagian orang "jembatan sudah mulai goyang".

Sekitar 10 kilometer mendekati Kota Masamba, sudah mulai tampak iringan mobil truk yang parkir di pinggir jalan. Tidak bisa melintas. "Parkir di sini aja pak, tidak bisa lewat. Lumpur semeter menutupi jalan," ujar salah seorang sopir sambil mengepulkan asap rokoknya.

Saya membayangkan di mana sopir-sopir ini makan dan buang hajat, karena katanya mereka sejak tadi pagi parkir di situ.

Semakin mendekat ke arah perbatasan kota, jalanan tampak gulita. Tidak ada lagi penerangan, baik dari lampu jalan maupun dari rumah-rumah warga. Yang tampak hanya nyala puntung rokok sopir-sopir yang kumpul-kumpul sambil ngobrol di tepi jalan atau di teras warga.

Sesekali, juga tampak penerangan ala kadarnya dari lilin-lilin yang dinyalakan warga. Mulai tampak banyak warga yang berkerumun dan "mencegat" setiap mobil yang akan melintas. "Ambulans bisa lewat, tapi satu-satu," kata anak-anak muda itu masih di atas motornya. Rupanya mulai ada ojek dadakan pemandu jalan yang memanfaatkan situasi. "Kami relawan dek, ke arah kota lewat mana?" tanya saya.

"Relawan bisa terus ada pengungsi pas di ujung jalan yang banyak lumpur pak," jawabnya.

Kami memutuskan memutar balik kendaraan. Tidak jadi ke ujung jalan poros. Lalu mencari jalan tikus di kegelapan malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 01.30 Wita. Dari kejauhan, kami melihat iringan mobil belok kanan menuju jalan pedesaan.

"Ikut kami aja pak kalau mau ke kota," teriak sopir ambulans bertuliskan "Mobil Jenazah Luwu Timur".

Kami pun senang, mobil lokal sudah ada yang jadi pemandu. Lampu ambulans yang dinyalakan memudahkan kami mengikuti. Jalan yang kami lewati ke arah Baebunta pada bagian tertentu berlumpur, berlobang, licin berlumpur dan sempit. Sehingga bila berpapasan dengan mobil lain, salah satu harus mengalah. Singgah di tepi jalan, lalu sopirnya turun mengarahkan mobil di depannya jangan sampai terperosok ke saluran irigasi sawah.

Alhamdulillah, melintasi di Polsek Baebunta sinyal Telkomsel mulai bersahabat. Empat batang dan "4G". Mulai buka maps minta tolong om gugel (google) untuk memandu ke titik tujuan. Dua kali mencoba belok ke kiri menuju arah Kota Masamba sesuai arahan google maps. Ohh ... batang kayu dengan akarnya yang melintang di jalan, lumpur di mana-mana, arus air menyungai di atas jalan raya. Kadang-kadang mobil tersendat, terseok oleh lumpur tebal yang juga ikut menutupi jalan. Putar balik, cari lorong lain yang ke arah kota. Rupanya si om gugel (google) tadi tidak bisa membedakan ini kubangan atau jalan mulus. "Piti kana kanai", "sotta" kata orang Makassar.

Pukul 02.15 Wita, kami menyerah. Tidak satupun orang di pinggir jalan yang bisa kami tanyai. Terpaksa membangunkan teman. Dokter di Masamba. Kami memutuskan singgah istirahat di Rumah Sakit Hikmah Masamba. "Belok kiri, cari jalan ke arah bandara dok, lalu lurus sampai dapat jalan poros. Jangan belok ke kompleks perumahan. Belok kiri kalau sudah dapat jalan poros". Begitu ujar suara di hp ku.

Pukul 03.30 Wita, dokter Wawan, owner RS Masamba menyambut kami lobi RS Hikmah Masamba. Ngobrol sebentar, lalu diarahkan ke salah satu kamar VIP. Kami menunggu masuk salat subuh, takut kesiangan tidak salat subuh. Alhamdulillah, bisa tidur 2 jam ba'da subuh yang dalam kondisi biasa saya pantang tidur setelah salat subuh.

Terima kasih dr. Isma, sudah memfasilitasi kami bisa istirahat.
Saat mengetik status ini, kami sedang meeting di ruang komite medik RS Hikmah, untuk rencana melapor ke posko induk pemerintah setempat, posko kesehatan Dinkes dan teman IDI.

Sementara yang bisa saya laporkan, kondisi banjir Masamba ini parah, tingkat kesulitannya tinggi, banyak tempat terisolasi belum bisa dijamah, lumpur hingga semeter menimbun area yang sangat luas, kumungkinan banyak masyarakat yang tertimbun lumpur. Masamba sementara terkepung. Satu-satunya jalan hanya lewat Baebunta. Masyarakat sangat membutuhkan bantuan.

Dr. Hisbullah
Relawan PRI