PALOPO, BUKAMATA - Jumat, 26 Juni 2020. Sore itu, pukul 16.00 Wita. Tanah di Battang Barat, Kecamatan Wara, Kota Palopo, Sulsel, tiba-tiba amblas. Tanah turun ke dasar jurang, menyeret rumah yang ada di atasnya. Ada sembilan rumah rusak. 30 mobil terjebak.
Lokasi longsor merupakan jalan poros Palopo-Toraja. Terjadi di kilometer 24 dan 21. Arus lalu lintas terputus total. Alhasil, sedikitnya ada 30 unit kendaraan yang terjebak di lokasi.
"Di antara kedua titik itu (kilometer 24 dan 21) ada kendaraan terjebak, sekitar 30 unit mobil ndak bisa maju ndak bisa mundur dia, benar-benar terjebak," ujar Kapolres Palopo AKBP Alfian Nurnas, dikutip dari Detik, Jumat (26/6/2020) malam.
Baca Juga :
Puluhan kendaraan itu kata Alfian, tidak ada yang ikut terbawa longsor seperti yang menimpa sejumlah rumah warga. Selain itu, tak ada korban jiwa dari pengendara mobil yang terjebak.
"Pengendaranya kan bisa turun dari mobil, mereka dievakuasi. Tapi kalau kendaraan itu benar-benar terjebak, ndak bisa kemana-mana," terang Alfian.
Kilometer 24 dan kilometer 21 di jalan poros Palopo-Toraja disebut sejajar lantaran model jalan yang bersusun alias berkelok-kelok. Saat longsor terjadi di kilometer 24, tanah longsor menerjang jalan di kilometer 21 hingga jalur ikut terputus.
"Jadi kilometer 24 itu kan di atas itu, terus turun sampai ke kilometer 21, jadi bersusun jalannya karena berkelok-kelok. Jadi antara kilometer 21 dan kilometer 24 tertutuplah sekarang," terang Alfian.
Alfian mengatakan jajaran Polres Palopo menerjunkan 40 personel ke lokasi longsor. Petugas dari kepolisian bergabung ke tim SAR gabungan lain untuk membantu korban terdampak longsor.
"Kita ada 40 personel dari berbagai satuan. Mereka sudah bertugas di lokasi. Salah satu agenda utamanya itu menunggu alat berat datang besok (hari ini), terus kita buka akses yang di kilometer 21 dulu sehingga mobil-mobil yang terjebak itu bisa lewat," katanya.
Alfian mengimbau, mobil besar yang mau ke Toraja sebaiknya lewat Sidrap. Memang sangat jauh itu mutar.
"Kalau motor ada akses di wilayah Walenrang, tapi itu juga cukup jauh, sekitar 20 kilometer itu. Intinya jalan di lokasi ndak bisa diakses, terputus," pungkas Alfian.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palopo melaporkan, longsor dipicu oleh hujan intensitas tinggi dan struktur tanah labil.
Selain merusak rumah warga, longsor juga mengakibatkan akses Jalan Palopo dan Tanah Toraja terputus. BPBD setempat melaporkan, longsor tidak mengakibatkan korban jiwa. Insiden longsor serupa, pernah terjadi di wilayah yang sama seminggu yang lalu.
Pascainsiden tim reaksi cepat (TRC) BPBD Kota Palopo, melakukan kaji cepat di lapangan. Tim juga melakukan evakuasi warga terdampak. Tim yang berada di lapangan melakukan koordinasi dengan instansi terkait, untuk penanganan darurat di wilayah itu.
Kota Palopo merupakan wilayah dengan tingkat risiko sedang hingga tinggi untuk bahaya tanah longsor. Luas wilayah dengan tingkat kerentanan sedang seluas 5.272 hektar, sedangkan tinggi mencapai 11.994 hektar. Jumlah potensi populasi terpapar akibat bahaya tanah longsor mencapai 5.243 jiwa.
Masyarakat setempat diharapkan mampu mengidentifikasi potensi ancaman bahaya di sekitar. Pada kondisi hujan dengan intensitas tinggi dan berdurasi lama dapat memicu terjadinya longsor tersebut. Ini merupakan salah satu bentuk kesiapsiagaan berbasis komunitas menghadapi bahaya longsor atau gerakan tanah.
Di samping itu, kemampuan untuk menganalisis intensitas dan durasi hujan dapat menjadi peringatan dini masyarakat. Indonesia sendiri telah memiliki landslide early warning system (LEWS), namun belum semua wilayah terpasang sistem ini.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) mengeluarkan peta zona kerentanan gerakan tanah Juni 2020, yang menunjukkan bahwa wilayah Kota Palopo termasuk berpotensi menengah hingga tinggi.