Redaksi : Jumat, 22 Mei 2020 10:51
Anis Matta

JAKARTA, BUKAMATA - Menyikapi kurva pandemi Covid-19 di Indonesia yang tidak kunjung melandai, Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Anis Matta menilai, ada tiga hal yang Indonesia harus lakukan.

"Shifting ke teknologi baru, desain model ekonomi baru, dan yang tidak kalah pentingnya adalah, merumuskan pola aliansi global baru,” jelas Anis dalam acara Zoominari, bertajuk Faktor Geopolitik ditengah Krisis dalam Al-Quran, Selasa, (19/5/2020) lalu.

Secara nasional dan secara global, belum ada tanda-tanda penurunan jumlah kasus. Kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 4,9 juta kasus hingga Rabu (20/5/2020) pagi. Di Indonesia sendiri kasus Covid-19 melonjak drastis menjadi 20.162 kasus dan meninggal sebanyak 1.278 orang, sebagaimana laporan yang dirilis pemerintah Kamis 21 Mei.

Dampak terhadap ekonomi dunia juga semakin memburuk. Semua negara melakukan langkah penyelamatan masing-masing dan cenderung terfokus secara protektif menjaga stok kebutuhan dalam negeri.

Indonesia sendiri sudah memiliki formula secara ekonomi, sosial dan politik menghadapi dampak Xovid-19 ini. Salah satu dalam politik kebijakan pemerintah, adalah disahkanya Perpu no.1 Tahun 2020 tentang Covid, meskipun menuai banyak pro kontra.

Apakah ini cukup bagi Indonesia untuk mengatasi masalah dan dampak covid ke,depan?

“Seperti saya ingatkan sebelumnya, bahwa krisis ini akan berlajut ke krisis sosial dan politik sampai terbentuknya tatanan aliansi global baru maka Indonesia tidak bisa hanya berfikir pendekatan domestik,” kata Anis Matta.

Menurut Anis, kita harus bisa membaca dan memahami faktor geopolitiknya. “Pandemi ini sudah menjadi 'komoditas' politik dunia dalam memainkan pengaruhnya secara global khususnya Amerika berhadapan dengan China," tutur Anis.

Apa yang disampaikan Anis, sejalan dengan fakta bahwa Amerika dan China mengalami hubungan yang memburuk, bahkan sebelum wabah covid. Zhu Feng seorang special hubungan AS di Universitas Nanjing menggambarkan situasi hubungan AS-China saat ini. “Belum pernah terjadi sebelumnya dan menandai semakin memburuknya hubungan bilateral yang diyakini banyak orang, adalah yang terburuk dalam empat dekade,” tutur Zhu Feng dilansir dari South China Morning.

Bahkan langkah Amerika untuk mengisolasi China dalam percaturan global, mulai diaminkan dan dipertimbangkan oleh beberapa negara. Jepang salah satunya. Negeri Matahari Terbit itu, sudah menarik perusahaannya untuk keluar dari China. Jika ini terjadi secara terus menerus, maka dampak geopolitiknya besar termasuk Indonesia.

Lalu Langkah strategis apa yang bisa dilakukan Indonesia dalm menghadapi situasi ini? Menurut Anis, mindset kita sudah harus bergeser ke konteks krisis ekonomi, sosial, politik dan faktor-faktor geopolitik yang mempengaruhinya. Khususnya bagaimana negara-negara supremasi itu memanfaatkan krisis pandemi ini dalam memenangkan “perang” dominasi, untuk membentuk aliansi global baru.

"Ada tiga hal yang Indonesia harus lakukan adalah shifting ke teknologi baru, desain model ekonomi baru dan yang tidak kalah pentingnya adalah, merumuskan pola aliansi global baru,” jelas Anis.