BUKAMATA - Aplikasi video conference, Zoom menjadi incaran banyak orang untuk berinteraksi dengan rekan kerja saat sebagian negara menerapkan work from home (WFH) alias kerja di rumah.
Sayangnya, Zoom justru membuat kesalahan besar di puncak popularitasnya. Belakangan, pengguna mengeluhkan kemunculan hacker yang menggangu jalannya video conference dengan mengirimkan konten porno dan ujaran kebencian yang meresahkan. Ini disebabkan lemahnya sistem keamanan Zoom.
Hal itu diakui oleh sang CEO Zoom, Eric Yuan, sebagai kesalahan perusahaan. Yuan menyebut bahwa perusahaan telah salah mengambil langkah saat mengembangkan aplikasinya. Ia mengaku bahwa pihaknya tidak memfokuskan layanannya pada keamanan pengguna.
“Kami bergerak terlalu cepat dan kami salah langkah," ujar Yuan, dalam sebuah wawancara dengan CNN.
Yuan mengatakan bahwa ke depannya, Zoom akan fokus terhadap penguatan fitur keamanan dan privasi di dalam layanan aplikasinya.
"Kami telah mempelajari masalah kami dan kami telah mengambil langkah mundur untuk fokus pada privasi dan keamanan," beber Yuan dilansir Kumparan.
Baru-baru ini, muncul laporan dari The Washington Post yang menyebut bahwa ada 15.000 rekaman percakapan pengguna Zoom yang bocor di internet dan bisa diakses siapapun. Hal itu terjadi karena Zoom memberikan nama yang identik sama untuk setiap rekaman yang di-download.
Sejak pandemi COVID-19 melanda dunia, Zoom menjadi platform video conference andalan dengan 200 juta meeting setiap harinya, menurut data pada Maret. Namun sejak itu pula, Zoom kerap mendapat berbagai tudingan soal masalah keamanan data pribadi.
BERITA TERKAIT
-
Wajib Tahu! 43 Aplikasi Andoroid Ini Bikin Batrei Cepat Rusak
-
Huawei Bakal Luncurkan Pesaing ChatGPT, Namanya PanGu Chat
-
Gantikan BI Checking, Begini Cara Cek Skor Kredit Lewat Aplikasi Idebku
-
Zoom Hadirkan Fitur Avatar 3D, Bisa Jadi Solusi Rapat Tanpa Tampilkan Wajah Asli
-
Tak Perlu ke Pasar, Cek Harga dan Stok Pangan Lewat Aplikasi Assipa