Ekonom CIDES: Superposisi Ekonomi, Kesehatan, dan Teknologi Jalan Menuju Pemulihan 2021
Superposisi antara ekonomi, kesehatan dan teknologi, adalah jalan menuju pemulihan ekonomi nasional yang diporakporandakan pandemi Covid-19.
JAKARTA, BUKAMATA - Kita memang pernah mengalami krisis ekonomi yang parah. Tepatnya pada 1998. Namun, krisis pada 2020 ini berbeda dengan 1998. Itu diungkap Ekonom CIDES, Umar Juoro dalam Zoominari yang digelar Narasi Institut.
Pada diskusi daring via zoom yang dipandu Founder Narasi Institut, Ahmad Nur Hidayat itu, Umar Juoro mengatakan, ekonomi kita pada 2020 mengalami resesi akibat pandemi. Krisis yang terjadi tidak seperti krisis pada umumnya yang dipicu krisis keuangan.
Umar mengatakan, krisis kali ini terjadi karena pandemi Covid-19, dan ini terjadi di seluruh dunia. "Kalau tidak ada Covid-19, mungkin ekonomi dunia bisa tumbuh 5 persenan," ujar Umar.
Menurut Umar, kita bisa merefleksi sedikit ke balakang. Pada saat krisis tahun 1998, pertumbuhan ekonomi kita minus 13,1 persen. Itu lanjut Umar, karena krisis ekonominya, didomplengi krisis politik dan kerusuhan sosial.
Sementara pada 2020, saat krisis akibat pandemi Covid-19 melanda, Indonesia -2 persen. Ini lanjut Umar, masih mending dibandingkan Singapura yang minus 12 persen.
Bagaimana ekonomi 2021? Menurut Umar, karena pandemi, banyak kegiatan ekonomi shout down. Menurutnya, tidak ada obat selain lock down. Meski pemerintah RI tak mau.
Pada krisis 1998, pemulihan ekonomi bisa dilakukan tahun berikutnya. Yakni, tahun 1999. Di mana ekonomi langsung tumbuh 0,8 persen. Lalu, pada pada tahun 2000, ekonomi bisa tumbuh lebih tinggi lagi, 2 persen.
Meski kemudian kembali berkontraksi pada 2008, karena ada krisis politik. Itu pada masa pemerintahan Gus Dur. Namun, pada 2008 lanjut Umar, pemulihan terbantu oleh comodity boom.
Sedangkan pada 2021, praktis semua negara juga mengalami resesi. Sehingga tak ada comodity boom.
Umar melihat, ada kesamaan krisis 2008 dengan 2020. Itu terlihat dari pertumbuhan konsumsi yang negatif. Pada 2008, pertumbuhan konsumsi minus 18 persen. Sedangkan pada 2020, pertumbuhan konsumsi minus sekitar 2,8 persen. "Jadi, keadaan saat ini lebih baik," ungkapnya.
Sektor perbankan kata Umar, juga oke. Dana pihak ketiga (DPK) itu sekitar 11-12 persen. Bank-bank yang tergolong sistemik juga dalam kondisi baik. Yang kontraksi lanjut dia, adalah pertumbuhan kredit. "Kalau kita lihat, inflasi sekarang ini lebih rendah. Kalau dulu 2008, inflasi 82 persen.
Menurutnya, untuk menolong pertumbuhan ekonomi ini, harus ada superposisi antara kesehatan, ekonomi dan teknologi. Ketiganya tidak bisa dipisahkan. "Harus ada kebersamaan. Tidak bisa jalan sendiri-sendiri," jelasnya.
Umar menambahkan, saat ini jaman keterbukaan. Susah kalau dilakukan lock down. Adanya vaksin lanjut dia, memberi secercah harapan terhadap pemulihan ekonomi. Menurutnya, upaya pemerintah yang akan menggratiskan vaksin itu sangat bagus. Namun, bagi yang mampu untuk membeli, seperti pengsuaha, bisa membeli, agar kekhawatiran bisa lebih cepat diusir, dan asa publik bisa lebih cepat pulih.